Aku sudah mulai mendesak ke salah satu arah. Kadang desakanku mereda, satu waktu lagi menguat. Berulang-ulang seperti itu, hingga terdengar ada suara yang kurang lebih, “Ayo, Nak, kita berjuang bersama-sama,” suaranya antara lemah namun kuat. Kemudian yang terdengar selanjutnya adalah erangan-erangan yang semakin mengeras seiring desakanku yang semakin hebat. Cerpen Ibu Kisah Bayi Terlahir Baru Mengenal Dunianya
Ujung kepalaku mulai terasa tersentuh hawa dingin, hingga ada yang mendorong tubuhku keluar.
“Oeeeek.. Oeek.. Eeerrr.. Oeek..” Aku membuka mata meski belum bisa melihat dengan jelas. Ada cahaya berbeda-beda. Mendapati hawa antara panas dingin, beda dari biasanya. Aku mulai merasa ada yang menyentuh kulitku. Membawaku ke atas, mendekapku dalam hangat.
“Oeek.. Rrrrrr.. Ewh.. Oeek..” Semua ini terasa berbeda. Ketidaknyamanan mulai menyergapku. Aku tidak tahu kenapa terdengar suara-suara berkelebatan dengan jelas. Ada suara berat, berbisik di telingaku, kalimat-kalimat yang sering aku dengar, dan aku tahu itu Asma Tuhanku.
Kemudian aku mulai dibalut, merasa tubuhku hangat, tidak sepanas-dingin tadi. Aku kembali dibopong, ditempatkan di sisi seseorang yang aku hafal betul suara detakan ini. Dug dug! Dug dug! Ini suara detakan yang beberapa waktu lamanya selalu menemaniku. Sering aku mendengar ada kata ‘mama’ disebutkan beriringan dengan degupan ini. Mungkin aku bisa memanggilnya Mama.
Kepalaku dibelai pelan dan keningku dikecupnya. Ada sedikit basah saat matanya menempel pipiku. Ah, aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya. Ini benar-benar membuatku nyaman.
Tak lama, ada benda aneh masuk ke mulutku. Mulai kurasakan dan kukecap. Nyem nyem.. Aneh.. tapi aku suka. Ini benar-benar melegakan tenggorokanku.
Dalam beberapa saat, aku menikmati minuman sekaligus makanan baruku. Tidak terlalu banyak, karena aku sudah mulai merasa perutku penuh. “Eeeeh.. eh eh, Oeek.. Eeeh..” perutku merasa kurang nyaman. ‘Cukup, Ma.. Perutku sakit..’ aku melepaskan kecotanku, namun banyak orang terdengar bingung, hingga ada sepasang tangan merengkuhku, lalu menepuk-nepuk punggungku hingga ada sedikit angin keluar dari perutku melalui mulut. ‘Aaaah, leganyaa.’
Sebenarnya, di manakah aku?
Aku kini bisa menggerakkan kaki dan tanganku dengan bebas. Tidak seperti kemarin-kemarin, gerakanku terbatas. Aku merasakan kulitku disentuh, sementara biasanya hanya kurasakan usapan jauh. Suara haha-hihi dan kata-kata tak jelas makin terdengar keras. Aku berada di tempat yang lain dari sebelumnya.
Aku merespon suara mereka, ingin ikut menyapa. Tapi entah kenapa mereka selalu nampak khawatir saat aku bersuara. Namun, salah satu dari mereka, terus membelaiku tenang, dengan sesekali menciumiku. Suaranya teduh, sama sekali tidak terganggu dengan sapaanku. Dia adalah yang kusebut Mama.
‘Hai, Mama.. Aku suka dengan keadaan baruku sekarang. Memang tidak perlu cemas berlebihan, Ma. Aku di sini senang. Mungkin aku belum bisa banyak bercakap. Tapi yang pasti, betapa senangnya aku berada di dekapanmu. Jangan pernah lepaskan tangan halusmu ini, ya, Ma. Temani aku selalu, karena tempat ternyamanku adalah berada di sampingmu dan mendengar degupan jantungmu.’
Sayup-sayup dalam lelahku, aku mendengar kau memanggilku dengan sebutan ‘sayang’. Mungkin itu namaku. Namun aku tidak begitu peduli. | Cerpen Ibu Kisah Bayi Terlahir Baru Mengenal Dunianya
Aku lelah setelah tadi berdesak-desakan dengan diriku sendiri di jalan yang sempit. Aku mulai ngantuk, ”Waah-wah, eiirrr.. waaah,” mulutku sedikit membuka dengan sendirinya. Beberapa detik kemudian, aku terlelap, tidur, dalam dekapan hangat Mama.