"Dasar Demit!! Cantik-cantik tukang tipu!!" gerutu temanku,sebut saja Mas Cungkring,sambil makan penggorengan. Eh,gorengan maksudku. | Cerpen Motivasi Jangan Jadi Mythomania Dan Bersyukurlah
"Tukang tipu gimana maksudnya?" sahutku sambil minum teh plastik Sisri.
"Lo kan tahu, Na, gue kemarin-kemarin deketin si Mita sejak MOS."
"Tahu. Terus??"
"Dia tuh cerita,bokapnya kontraktor,punya mobil,rumahnya gede. Terus pas gue tanya,kok ga pernah bawa hp? Dia jawab,ga boleh,soalnya takut hilang,hp-nya mahal. Itu lo,Nokia 6600," ceritanya panjang lebar. Btw,jaman itu belum ada android. Itu HP udah mahal banget untuk kami siswa SMK di jaman itu.
"Terus kenapa??"
"Ternyata itu semua cuma ngibul!!"
"Hah?!! Kok lo tau dia ngibul?"
"Iyalah.. Kemarin gue niatnya mau main ke rumah Mita. Gue ikutin tuh petunjuk yang dia ceritain ke gue selama ini. Katanya rumahnya di ujung gang Kuburan China nomor 30. Dindingnya keramik merah. Eh,gue nyampe sana,katanya ga ada yang namanya Mita di rumah itu. Pas gue mau balik,pembantunya ngasih tahu,Mita itu rumahnya yang di seberang jalan. Gue ikutin deh kata pembantu itu,ternyata bener. Itu rumah Mita,gue lihat Mita lagi jemur baju terus dipanggil sama anak kecil dari dalam rumah," si Cungkring jelasin panjang lebar tentang apelnya yang gagal kemarin.
"Terus lo jadi nyamperin si Mita?"
"Ya enggaklah!! Gue udah ilfeel duluan. Rumahnya tuh jauh dari yang dia ceritain sama gue. Boro-boro gede, dindingnya aja dari papan kayu."
"Masa lo ga jadi naksir gara-gara rumahnya jelek? Lo suka Mita apa suka dinding rumahnya?"
"Bukan masalah rumahnya bagus atau jelek,Na.. Gue ga suka aja dikibulin. Ngapain dia ngibul jadi anak orang kaya. Padahal gue juga tahu SPP-nya sering nunggak," jawab si Cungkring sambil mengacak-acak rambutku.
Kriiiiinnnggggg......
Dan bel masuk kelas pun berbunyi.
Mita. Dia cantik, rambutnya panjang sepunggung, tingginya sekitar 160 centi, hidung mancung, kulit putih, bibir tipis. Siapa yang tidak tertarik.
Awal MOS, banyak yang mendekatinya. Sekedar kenalan, atau ada yang naksir. Tapi semakin lama, mereka semakin menjauh. Begitu pula dengan teman-temanku. Dan aku sendiri akhirnya. Terkadang aku kasihan melihat dia sendirian, duduk di bangku paling depan tepat berhadapan dengan meja guru. Tak ada satupun kawan yang mau duduk sebangku dengannya.
Cowok-cowok yang semula mendekati Mita, akhirnya menjauh. Mereka bilang ilfeel. Karena Mita tukang bohong. Tapi anehnya Mita tak pernah merasa berbohong, padahal faktanya dia memang berbohong.
Ketika kami prakerin di sebuah hotel di luar kota, aku dan Mita jadi satu tim dengan 6 murid lainnya dari jurusan Pariwisata. Ketika aku dan kawan lainnya jadi satu kost, Mita memilih kost sendiri di tempat lain karena tempat kost kami kurang layak, katanya. Tapi, setelah kami selidiki, tempat kost dia juga tidak jauh berbeda dari tempat kami.
Pernah suatu ketika, aku kasihan melihat dia tidak memiliki teman. Aku coba dekati dia, dan ingin tahu seperti apa sifat Mita sebenarnya.
"Mit, nanti malam aku boleh ya, nginep di tempat kostmu. Ely dan Desi lagi pulang, aku cewek sendiri di tempat kost, kan nggak enak, takut..."
"Ayo, Na. Boleh kok. Nanti kita pulang bareng ya.." jawabnya dengan ceria. Sepertinya memang tidak ada yang aneh dengan Mita.
Sampai di tempat kost, aku mau mandi. Dan aku kaget ketika hendak menyabuni tubuhku. Ternyata sabun Mita tinggal sedikit, kecil sekali, kira-kira hanya sebesar jari kelingking.
"Mit, kamu nggak punya sabun lain??" teriakku dari kamar mandi.
"Maaf, Na. Aku lagi pailit. Nggak punya sabun lagi, adanya itu..."
Hah?! Masa sampai segitunya?? Ya sudah, aku tidak pikir panjang, aku cepat menuntaskan mandiku, meskipun tidak yakin bersih.
"Maaf ya, Na. Aku lagi bener-bener pailit. Ayahku belum kasih kiriman," katanya setelah aku keluar dari kamar mandi.
"Mit, baiknya kamu jujur aja deh! Hidup kamu sebenernya tuh gimana sih? Kamu nggak usah bohong-bohong lagi sama teman-teman. Kamu apa adanya aja, biar teman-teman tuh ga ilfeel sama kamu," aku coba menasehati.
"Iya, ini aku udah apa adanya. Ayah aku tuh emang belum kasih kiriman. Biasanya sekali kirim sejuta buat tiga hari," jawabnya enteng.
"Ya udah deh, terserah kamu."
Dan semalaman itu, aku jadi pendengar setia si Tukang Kibul. Dia tetap tidak merasa berbohong meskipun semua orang sudah tahu, seperti apa kehidupan Mita sebenarnya.
"Mit, kenapa sih, kamu nggak berdamai aja dengan keadaan?"
"Berdamai gimana maksudnya? Keadaanku baik-baik aja kok," jawabnya tanpa rasa bersalah.
"Teman-teman semua udah tahu,rumah kamu kaya apa, ayah kamu kerjanya apa, semuanya jauh dari yang kamu ceritakan selama ini. Aku tahu kamu susah, SPP kamu sering nunggak, sama kayak aku, tapi aku tidak malu mengakui kalau aku ini bukan anak orang kaya. Karena, ya seperti inilah keadaanku," aku coba menasehatinya agar tak jadi tukang kibul lagi.
Mita hanya diam. Mungkin dia memikirkan perkataanku tadi, atau mungkin dia memikirkan,"mau bohong apalagi yaa..."
Setelah aku menasehatinya kemarin, ternyata Mita tetap tidak berubah. Dia tetap seperti itu. Malah semakin parah. Dia mengaku jadi model katalog Sophie Martin waktu pulang ke kotanya kemarin. Dan juga berbohong kepada semua karyawan di hotel tentang kehidupan dia sebenarnya.
Awalnya para karyawan mengira, dia memang anak orang kaya, tapi setelah mereka melihat handphone Mita yang katanya mahal bin canggih itu cuma berupa Nokia 3315 yang sudah butut pula, mereka cuma mengelus dada. Akhirnya mereka percaya kalau Mita memang si Tukang Kibul.
Setelah lulus, aku tidak sengaja bertemu Mita di pasar. Dia jadi penjaga toko accesorries. Aku sedikit basa basi, ternyata Mita juga tidak berubah. Masih seperti yang dulu. Bahkan makin parah, ngibulnya.
2015 lalu, Mita memberiku undangan. Dia akan menikah dengan seorang guru. Tapi, sayang...
Teman sekolah SMK yang hadir di pernikahannya cuma aku.
Sekarang, Mita sudah lebih bisa menerima keadaanya dan kelihatannya dia lebih bahagia. Nampak dari chat-chat yang dia kirimkan padaku. Sudah jauh berbeda dari Mita yang dulu suka berbohong.
Based on true story.
Terinspirasi dari postingan di KBM tentang mythomania. Dan saya baru ingat kalau dulu pernah punya teman seorang mythomania.
Mythomania adalah penyakit suka berbohong demi mendapat pengakuan orang lain. Dia berbohong sesuai imajinasinya karena tidak bisa menerima keadaannya yang sekarang,atau karena dia merasa hidupnya tidak bahagia. Dan seorang mythomania tidak pernah merasa berbohong,bahkan tidak sadar kalau yang dibohongi sudah tahu yang sebenarnya tentang kehidupan dia.
Berdamailah dengan keadaanmu yang sekarang,agar kamu bisa lebih menikmati hidup,dan jangan lupa untuk bersyukur. | Cerpen Motivasi Jangan Jadi Mythomania Dan Bersyukurlah