Cinta Datang Di Waktu Dan Orang Yang Salah

Sesosok lelaki duduk pada bangku di tepi danau dekat pabrik. Waktunya istirahat makan dan shalat siang itu. Masih ada satu setengah jam sebelum jam bekerja dimulai kembali. | Cerpen Sedih Cinta Datang Di Waktu Dan Orang Yang Salah 

"Abdi... " lelaki itu menoleh. Hanya menatap sebentar lalu kembali berpaling ke arah danau. Hanin melangkah menuiu ke bangku itu. Sudah sebulan ini mereka dekat. Sebagai pegawai pabrik yang baru bekerja dua bulan. Hanin menemukan sosok Abdi yang menarik diri. Namun itulah yang kemudian menjadikan Abdi sosok yang istimewa.

Dibandingkan Rio yang seringkali dilihatnya tertawa dikeliling perempuan-perempuan. Rio, yang sejak hari pertama Hanin jadi pegawai di pabrik itu, dia tak segan-segan mengajaknya untuk pacaran. Ugh! Hanin paling benci playboy.

Begitulah. Selalu dan setiap hari. Bangku di tepi danau itu menjadi tempat keduanya berbagi cerita tentang apa saja. Abdi menceritakan perkembangan teknologi android sedangkan Hanin sekedar mengisahkan buku dan film yang sudah dibaca dan ditontonnya. Mereka sangat cocok bertukar tawa dan senyum.

Hanin merasakan sesuatu tumbuh di hatinya. Rasa yang semakin hari sulit untuk ditahan. Ia yakin Abdi juga sama. Tetapi, Abdi mungkin malu mengungkapkannya. Perempuan seoptimis Hanin, dengan segala keinginan besarnya terhadap Abdi. Setiap kali tatapan Abdi sedang menuju danau, dipandanginya wajah itu dari samping. Tuhan aku sayang sekali lelaki ini. Dan ia akan pura-pura merapikan duduknya ketika Abdi menoleh.

Hari ini Hanin sudah menguatkan tekad. Sepertinya ia yang akan bicara lebih dulu. Menurut perempuan ceria itu, tak ada salahnya memulai. Ia khawatir menyesal tidak mengatakannya lebih cepat.

"Abdi... "

"Ya," netra itu masih fokus pada bentangan air di hadapannya.

"Lihat aku," Hanin menarik nafas dan menahannya di sana. Ternyata tidak terlalu mudah bicara hal tentang ini, "Hanin mau mengatakan hal penting."

"Hanin... Hanin... Tumben kamu gitu amat ngomongnya," Abdi mengubah posisi duduknya. Ia sedikit memutar badan menghadap ke arah Hanin.

"Mmm... Iya. Soalnya penting banget, Di. Hanin gak mau salah pas bilang ini," ia menunduk.

"Hahaha... Aneh Hanin. Ngomong aja. Tiap hari kita kan selalu sama-sama. Ngapain takut salah?" kalimat itu meyakinkan Hanin.

Lekat netranya pada manik lelaki yang membuatnya jatuh hati itu, "Hanin mencintai kamu, Abdi... Bolehkah saya jadi kekasihmu?" Hanin mencoba mempertegas dengan berusaha menggapai tangan Abdi yang diletakkan pada sandaran kursi itu. Tetapi Hanin gagal. Abdi menatapnya tegang sambil menarik tangannya cepat sebelum sempat Hanin menyentuh. | Cerpen Sedih Cinta Datang Di Waktu Dan Orang Yang Salah 

"Jangan!" Hanin terkejut. Keningnya sedikit berkerut. Jangan? Apa maksudnya?

Dia bingung ketika lelaki dua puluh delapan tahun itu berdiri. Wajah kakunya bercampur luka yang mulai berair di lapisan mata, "Aku tidak mau cinta, Hanin. Tidak akan pernah lagi aku menerima pemberian semacam itu. Jangan Hanin, aku tidak mau cinta," langkah cepat Abdi meninggalkan Hanin dalam beku yang gelisah.

Kenapa tak mau cinta? Kenapa? Hanin merasakan perih karena penolakan itu. Tapi, ia lebih memperhatikan tatapan dengan rasa paling derita bersama ucapan Abdi tadi.

Mata lelaki itu berbinar. Bolanya tampak membesar ketika memperhatikan sesosok cantik di meja di sudut kantin. Senyumnya seperti fajar tahun baru yang merekah jingga cerah. Dan dia hanya bisa menatapnya diam-diam dari jauh.

Ingin bisa bicara berhadapan dengannya. Menghampiri pemilik senyuman itu. Tetapi dia hanya merasa sebagai seorang Abdi yang terlalu biasa. Sosok secantik Mira pasti tak akan sudi didekati olehnya. Sehingga pun berbulan-bulan kekagumannya kian menumpuk, Abdi tetap menahan diri. Aku bukan siapa-siapa, bisiknya dalam benak.

Sampai suatu ketika, senyum itu muncul tepat di depannya, "Hai Abdi!"

Sempat gagap sejenak. Beruntung ia langsung sadar kembali, "Hai Mira."

"Mira cinta Abdi," itu adalah kalimat sakti yang kemudian mengubah seluruh hidup Abdi. Setelah sepekan mereka mulai berbicara.

Segalanya demi Mira. Ia selalu punya waktu untuk kekasih cantiknya itu. Apapun keinginan Mira, semua dikabulkan. Meskipun Abdi harus menghabiskan uang gajinya. Tak ada yang boleh ditunda, jika Mira meminta.

Mira adalah puncak cita-cita. Karenanya berkorban demi mempertahankan seorang Mira merupakan tujuan hidup Abdi saat itu.

Hingga suatu hari Abdi harus menerima bahwa pengorbanannya telah sia-sia. Ia melihat Mira masuk ke mobil Pak Herman, manajer perusahaan tempat mereka bekerja. Dan dari tempat ia berdiri, dilihatnya Pak Herman memeluk pemilik senyum fajar tahun baru kehidupan Abdi dan melumat bibir kekasihnya dengan penuh nafsu. Dan Mira, membalasnya.

Tega. Cinta macam apa? Mira memutuskannya. Abdi hancur.

Beberapa bulan ia menutup hati. Jangan ada cinta lagi.

Tetapi hati tetaplah sebuah kapal yang mencari tempat berlabuh. Kali kedua ini, Abdi terpesona pada karakter yang berbeda. Si lembut yang selalu nampak santun dan jarang bergaul. Seorang perempuan yang nampaknya butuh perlindungan. Abdi mendekati dan keduanya saling memberi cinta.

Pelukan kasih Intan berhasil menyembuhkan luka akibat cinta Mira.

Tapi Intan bukanlah kekasih yang bisa abadi bersama Abdi. Perjodohan yang dilakukan orang tua Intan memaksa ia menjadi pemberi cinta yang juga menorehkan duka di hati Abdi.

Cinta? Ta*k laah!! Umpat Abdi dalam gumam.

Tak ada pemberian sedurhaka cinta.

Dalam pedih hatinya, Abdi kembali memasuki cangkang kesendirian. Tak disangka akan dua kali jiwanya berantakan dicabik oleh kuku-kuku tajam dari wajah kasih sayang. Cukuplah! Tak akan lagi aku terima ucapan semunafik cinta. Omong kosong!! | Cerpen Sedih Cinta Datang Di Waktu Dan Orang Yang Salah