"Kamu tega Bang, menjual kehormatanku!" teriak Mona, histeris.
Kini dia tersadar dari pengaruh obat bius. | Cerpen Cinta Biarlah Masa Yang Akan Bercengkrama
Tubuhnya terasa lelah lemas. Darah segar mengucur dari selangkangan.
Romi hanya tersenyum kecut. Dilemparnya segepok uang kertas ke tubuh Mona yang kesakitan. Dan berlalu begitu saja.
"Bang Romiiii ...!" kalap Mona. Gadis cantik itu hendak mengejar lelaki yang mati-matian dia cintai, sedangkan Romi berlalu begitu saja setelah mengambil bagiannya yang diambil dan hasil menjual kegadisan Mona pada hidung belang.
Hari ini sabtu malam minggu. Romi sudah nongkrong di cafe langganannya. Ditemani waiter cantik dan seksi Trisa.
"Bang Romi yang ganteng, Trisa mau ngomong sesuatu. Boleh ga Bang?"
Tanyanya sambil bergelanyutan di bahu kekar Romi.
Trisa sangat memuja Romi. Lelaki berumur tiga puluh tahunan itu, selain ganteng dia juga kerap membagi rezeki dengan Trisa, diantara sekian banyak tamu, Romi lah yang mampu meluluhkan hati.
"Apaan sih, jadi cewek jangan bawel keles!"
"Abang, Trisa ingin berhenti dari pekerjaan ini dan menikah dengan Abang."
Ya elaahh ... gue masih muda, ngapain kawin cepet-cepet? Kek ga ada kerjaan aja."
Trisa berlinang air mata mendengar kata-kata sang pujaan Hati.
"Sudahlah! Ga usah lebay, deh. ngaca siapa loh sebenarnya."
"Abang bicaranya kok gitu? Bertahun-tahun kita pacaran, banyak
sudah ya g telah kukorbankan."
"Berkorban apa? Banyak sudah, loh tidur ma cowok."
"Bukankah Abang juga sudah merasakan tubuh ini juga?"
"Kita lakuin itu atas dasar suka sama suka. Sudahlah gue males ketemu loh lagi!"
Trisa terpaku melihat sikap Romi seperti itu. Berbeda sekali saat pertama kali menjalani hubungan.
Televisi mewartakan kasus perampokan sebuah rumah di bilangan Jakarta pada dini hari tadi. Pembobolan rumah kosong. Terbukti dari jendela rumah yang rusak, beberapa barang berharga ludes, sedangkan penghuni rumah sedang pergi keluar kota.
Di tempat lain ...
Romi bersama teman-temannya tertidur pulas beberapa hari ini. Kehidupan malam telah merampas energi. Baru pada sore hari mata mereka terlihat terbuka.
"Billy, buatin gua kopi. Bangun loh!" sepakan kaki Romi pada tubuh Billy, membuat anak muda itu terbangun.
"Iya Bos. Sabar masih ngantuk nih."
"Alaah, pemalas loh. Kagak gue bagi nanti."
"Ampun bos. Jangan gitu. Bentar aku siapin." setengah melompat Billy pergi ke dapur.
"Erin, Abang cinta banget sama lo, Neng," kata Romi pada gadis pujaan yang sedang ditaksirnya.
Erin yang berstatus lajang dan seorang mahasiswi pintar di kampusnya adalah tipe wanita yang didambakan Romi. Berwajah manis, senyumnya merekah dari bibir yang basah menggoda.
Tak banyak yang Erin katakan. Dia hanya terdiam dan tersenyum atas kata-kata gombalan Rom sang Playboy. Romi tak kuasa menahan hasratnya. Ini baru pertama kali mengambil benar-benar jatuh cinta.
Meski beberapa wanita telah 'dinikmati' tapi ini sangat berbeda. Kalem dan tak mau diberi kemewahan. Erin menatap bola hitam Romi.
"Kalau sudah jodoh, takkan gunung lari dikejar, Bang." suaranya lembut bak buluh perindu. membuat hasrat kelelakian Romi bangkit. Anehnya, kali ini, Romi bisa menahan nafsu birahinya. Ia ingin menikah dan bahagia dengan Erin.
Romi hanya menghela nafas untuk sekian kalinya bisa bersabar menghadapi gadis manis yang menawan ini. Susah untuk ditaklukkan. | Cerpen Cinta Biarlah Masa Yang Akan Bercengkrama