Berbaring di atas kasur nan empuk. Mataku menatap langit-langit kamar. Uang sebesar duapuluh lima ribu masih kugenggam. Rencananya nanti saat si Upik pulang akan ku berikan langsung pada bu Ajeng
Ini adalah kali ke empat si Upik ganti jasa antar jempur sekolah. Setengah heran walaupun harusnya tak perlu heran. Dari awal pakai jasa antar jemput tak ada yang beres.
Namanya bu Ajeng. Menawarkan diri menjemput anakku saat bang Komeng pamit mo bikin E-KTP di Jakarta katanya buat ngurus surat nikah. | Cerpen Lucu Aku Jadi Kurir Jasa Antar Jemput
"Alhamdulilah loe nikah juga, Meng. Ummi turut bahagia," ucapku malam itu saat Komeng pamit esok ga bisa jemput si Upik.
Ijinnya cuma tiga hari. Tapi hampir satu bulan si Komeng ga ada bau-baunya.
"Alhamdulilah loe nikah juga, Meng. Ummi turut bahagia," ucapku malam itu saat Komeng pamit esok ga bisa jemput si Upik.
Ijinnya cuma tiga hari. Tapi hampir satu bulan si Komeng ga ada bau-baunya.
Angkutan yang super lama kalau nunggu itulah yang bikin aku pakai jasa jemputan. Bisa kemeng dan sebesar pohon Palem kakiku saat nunggu angkot ga lewat sampai satu jam. Belum Upik yang lama nunggu. Kasian.
"Nanti si Upik biar saya saja Ummi yang jemput," kata bu Ajeng.
"Terimakasih banyak bu Ajeng. Tapi apa tidak mengganggu aktifitas bu Ajeng? Nanti pembeli bu Ajeng bagaimana?" Tanyaku.
"Bisa saya tinggal sebentar ummi. Toh deket. Cuma sa'ser nyampai," ujarnya.
"Terimakasih banyak bu Ajeng. Tapi apa tidak mengganggu aktifitas bu Ajeng? Nanti pembeli bu Ajeng bagaimana?" Tanyaku.
"Bisa saya tinggal sebentar ummi. Toh deket. Cuma sa'ser nyampai," ujarnya.
Hari Senin hampir pukul setengah dua belas si Upik belum nonggol juga. Upik harusnya sudah sampai rumah. Karena pulang jam sebelas siang. Tapi ini..
"Kak, buruan susul adikmu. Ibu khawatir sudah jam segini kok belum pulang. Takut kenapa-napa," kusuruh kakak si Upik yang lagi libur sekolah karena sekolahnya lagi buat Tryout kelas dua belas.
"Kak, buruan susul adikmu. Ibu khawatir sudah jam segini kok belum pulang. Takut kenapa-napa," kusuruh kakak si Upik yang lagi libur sekolah karena sekolahnya lagi buat Tryout kelas dua belas.
Dan benar saja. Bu Adjengnya ga berangkat
'Ampun dech' pikirku kenapa dia ga sms atau telpon dulu. 'Ga beres nich orang' gerutuku.
Aku yang di rumah pikirannya sudah kemana-mana. Secara gitu ye.. kejahatan di mana-mana. Kupeluk sambil kutangisi si Upikku tersayang. Lha kalau aku ga nyuruh kakaknya buat njemput? Bisa ampe Magrib dia di sekolah.
'Ampun dech' pikirku kenapa dia ga sms atau telpon dulu. 'Ga beres nich orang' gerutuku.
Aku yang di rumah pikirannya sudah kemana-mana. Secara gitu ye.. kejahatan di mana-mana. Kupeluk sambil kutangisi si Upikku tersayang. Lha kalau aku ga nyuruh kakaknya buat njemput? Bisa ampe Magrib dia di sekolah.
Entah kisah itu paling mending atau gimana. Karena jasa jemput yang pertama lebih melo. Melo buat bikin darah tinggi.
"Bisa jemput bu, pak Ucupnya?" Kataku pada istrinya.
Si Ucup kukenal karena ia bekerja sebagai tukang perkir merangkap membawa barang dagangan. Ia bekerja pada tetanggaku. Kulihat sepertinya pendiam. Tidak neko-neko, amanah dan sayang anak-anak. Bahkan sedikit pemalu. Saat kuajak bicara waktu dia sedang ngajak jalan-jalan anaknya yang usia tujuh bulan. Dia tak pernah melakukan kontak mata denganku. 'Benar-benar suami soleh' Pikirku.
"Bagaimana bu? Bisa?" Tanyaku lagi.
"Ummi ningalin no HP ya,nanti di kabarin. Ummi saya beri no HP bang Ucup. Biar bang Ucup yang jawab langsung," sambil menuliskan no HPnya di kertas.
"Kalau ga mau ga pa-pa bu. Jangan di paksa. Dia kan pulangnya malem. Barangkali esoknya masih cape belum bisa jemput si Upik." Ujarku.
Sebenarnya kuberi pekerjaan ini juga atas dasar memberi uang tambahan bulanan. Saat istrinya curhat tentang ekonominya.
"Ummi ningalin no HP ya,nanti di kabarin. Ummi saya beri no HP bang Ucup. Biar bang Ucup yang jawab langsung," sambil menuliskan no HPnya di kertas.
"Kalau ga mau ga pa-pa bu. Jangan di paksa. Dia kan pulangnya malem. Barangkali esoknya masih cape belum bisa jemput si Upik." Ujarku.
Sebenarnya kuberi pekerjaan ini juga atas dasar memberi uang tambahan bulanan. Saat istrinya curhat tentang ekonominya.
Malamnya ku sms.
"Bagaimana, bisa jemput pak Ucup?"ku kirim pesan sopan padanya.
"Bisa Ummi."begitu balasan smsnya.
"Jangan lupa jam sebelas pak Ucup. Esok ada les tambahan," balasku.
"Bagaimana, bisa jemput pak Ucup?"ku kirim pesan sopan padanya.
"Bisa Ummi."begitu balasan smsnya.
"Jangan lupa jam sebelas pak Ucup. Esok ada les tambahan," balasku.
Paginya.
"Hati-hati ya sayang. Nanti pulangnya sama pak Ucup.pokoknya tunggu sebelum pak Ucup dateng jangan pulang sama siapapun,"begitu pesanku sambil kukecup ubun-ubunnya.
"Hati-hati ya sayang. Nanti pulangnya sama pak Ucup.pokoknya tunggu sebelum pak Ucup dateng jangan pulang sama siapapun,"begitu pesanku sambil kukecup ubun-ubunnya.
Jam sepuluh ada sms masuk dari pak Ucup.
"Ummi, nanti upik pulang sekolah jam berapa?"
"Jam sebelas pak," kubalas pesannya.
"Ummi, nanti upik pulang sekolah jam berapa?"
"Jam sebelas pak," kubalas pesannya.
Tak lama.
"Ummi, si upik lagi di tempat saya. Hujan gede," sms dari pak Ucup.
Buru-buru kubalas.
"Ga pa-pa pak Ucup. Biar di situ dulu nanti pulangnya nunggu reda," kubayangkan anakku pasti lagi bermain dengan bayinya. Dia suka sekali kalau lihat bayi.
"Ummi, si upik lagi di tempat saya. Hujan gede," sms dari pak Ucup.
Buru-buru kubalas.
"Ga pa-pa pak Ucup. Biar di situ dulu nanti pulangnya nunggu reda," kubayangkan anakku pasti lagi bermain dengan bayinya. Dia suka sekali kalau lihat bayi.
"Jangan panggil pak dong, Ummi. Manggilnya Mas, gitu, biar ga kaku,"
Mak cleguk! Aku kaget mendapati balasan smsnya.
Mak cleguk! Aku kaget mendapati balasan smsnya.
Setengah senyum kecut meskipun dia ga bakalan lihat kubalas juga. "Hehe... iya," tentu saja ga nurut sesuai perintahnya. Manggil mas? Tak usah ya..
"Masak apa nih?"sms berikutnya nyusul.
Hmmm... udah rada-rada ga enak nih. Mau balas males. ga bales aku lagi butuh jasanya.
"Masak air," tulisku tegas tapi sopan.
"Mau dong, mas nyicipin,"kiriman sms darinya.
Begidik setengah gimana. Sampai dia tiba-tiba minta di panggil sayang dan menyebutku sayang.
Hellowwww...
Ku letakan hpku. Tidak ku gubris. Sampai si upik sudah teriak-teriak di halaman.
"Assalamualaikuuuu.. mm!" Serunya sambil berlari masuk rumah karena di luar masih hujan. Sementara kulihat pak Ucup cengar-cengir. | Cerpen Lucu Aku Jadi Kurir Jasa Antar Jemput
Langsung ku closing dengan ucapan" terimakasih banyak pak Ucup," kubawa upik masuk kedalam rumah. Bahasa tubuhku sudah cukup untuk mengatakan 'jangan mampir'!
"Masak air," tulisku tegas tapi sopan.
"Mau dong, mas nyicipin,"kiriman sms darinya.
Begidik setengah gimana. Sampai dia tiba-tiba minta di panggil sayang dan menyebutku sayang.
Hellowwww...
Ku letakan hpku. Tidak ku gubris. Sampai si upik sudah teriak-teriak di halaman.
"Assalamualaikuuuu.. mm!" Serunya sambil berlari masuk rumah karena di luar masih hujan. Sementara kulihat pak Ucup cengar-cengir. | Cerpen Lucu Aku Jadi Kurir Jasa Antar Jemput
Langsung ku closing dengan ucapan" terimakasih banyak pak Ucup," kubawa upik masuk kedalam rumah. Bahasa tubuhku sudah cukup untuk mengatakan 'jangan mampir'!
Malemnya dengan hati-hati ku sampaikan masalah ini pada ayahnya Upik. Kujelaskan hati agar dia tidak salah paham aku tidak mau ada adu jotos di antara keduanya.
" begitu loh,Yah ceritanya,"aku mengakhiri ceritaku.
"Kita tunggu sikap dia selanjutnya. Kalau esok masih kurang ajar sama ummi. Mending ganti,"tegas ayah.
"Ummi ga balas smsnya yang macem-macem kan?"tanyanya.
"Engga lah, Yah... Ummi cukup tau diri. Coba kalau sms itu sampai terbaca istrinya. Entah maksudnya dia bercanda tetap saja bisa membuat istrinya cemburu,kan? Dan Ummi cukup tau diri. Masak iya Ummi berhaha hihi dengan suami orang. Makanya ummi balasnya tegas tapi sopan supaya dia ga kesinggung," Ucapku.
"Baguslah ummi,"
Pagi menjelang. Sebuah pesan masuk. 'Maaf! Saya ga bisa jemput!!'
Aku tersenyum. Memperlihatkan sms tersebut pada ayah. "Baguslah. Jadi ngga perlu susah-susah buat ngomongnya,"
"Feeling Ummi benerkan, Yah? Ada yang beda. Alhamdulilah,"ucapku.
Aku tersenyum. Memperlihatkan sms tersebut pada ayah. "Baguslah. Jadi ngga perlu susah-susah buat ngomongnya,"
"Feeling Ummi benerkan, Yah? Ada yang beda. Alhamdulilah,"ucapku.
Tiga hari berselang. Tersiarlah sebuah kabar dari gurunya Upik.
"Umminya upik, yang antar jemput Upik bukan pak Ucup? Ganti lagi?"
"Iya Ustadzah. Ada apa ya?"aku penasaran.
"Kata pak Ucup dia kecewa. Waktu jemput si Upik pulang sekolah hujan. Kok ga di suruh masuk? Katanya anda orang yang sombong karena tidak mempersilahkan tamu. dan Ummi katanya tidak mengucapkan terimakasih sama sekali."
"Umminya upik, yang antar jemput Upik bukan pak Ucup? Ganti lagi?"
"Iya Ustadzah. Ada apa ya?"aku penasaran.
"Kata pak Ucup dia kecewa. Waktu jemput si Upik pulang sekolah hujan. Kok ga di suruh masuk? Katanya anda orang yang sombong karena tidak mempersilahkan tamu. dan Ummi katanya tidak mengucapkan terimakasih sama sekali."
Bagai di sambar geledek. Panjang amat urusannya sama si Ucup.
"Siapa yang bilang Ust? Mungkin dia lupa tidak menceritakan di bagian sms nya dengan saya. Wajar dong saya tidak mempersilahkan dia masuk. Saya di rumah sendirian. Sms nya ke saya pake sayang-sayang. Nanti kalau saya persilahkan masuk dia mau ngelunjak apa lagi? Saya berusaha menjaga kehormatan keluarga saya juga kehormatan keluarganya.
Jika dia marah tidak apa-apa itu haknya. Lagian hujannya juga ga gede-gede amat. Bisa kan berteduh di tempat lain selain di rumah saya?" Ucapku sedikit menahan geram karena bisa di pastikan berita ini bisa cepat di share di kalangan ibu-ibu sekolah.
Jika dia marah tidak apa-apa itu haknya. Lagian hujannya juga ga gede-gede amat. Bisa kan berteduh di tempat lain selain di rumah saya?" Ucapku sedikit menahan geram karena bisa di pastikan berita ini bisa cepat di share di kalangan ibu-ibu sekolah.
Ya kalau suka, kalau yang ngga suka? Bisa jadi gosip. Semakin di gosok semakin sip.
"Sudahlah, Ummi. Jangan lecek begitu mukanya. Hanya gara-gara si Ucup. Minimal Ummi jadi tau. Dan tidak tergoda dengan rayuan Ucup," ucap suamiku suatu hari setengah meledek.
"Ayah!" Kutimpuk badannya dengan bantal. Belum selesai kucubit pinggangnya. Sampai kudengar ia berteriak,
"Ampun Ummi!!... ampun.. !!" | Cerpen Lucu Aku Jadi Kurir Jasa Antar Jemput
"Ampun Ummi!!... ampun.. !!" | Cerpen Lucu Aku Jadi Kurir Jasa Antar Jemput