Ada Tuyul Di Ruang Dapur

Bapak dan Ibu beserta adikku pergi ke Cianjur untuk menghadiri pesta pernikahan saudara. Aku sendiri tidak bisa ikut karena sedang dalam masa pelatihan sebagai anggota paskibraka kabupaten Karawang. Jadi, di sinilah aku sekarang, duduk di depan televisi yang asyik menonton diriku sendiri.

Perut yang lapar membuatku menyeret kaki menuju dapur. Sialnya tidak ada makanan. Pantas saja ibu memberiku uang lebih. Ah, ke warteg Bu Utami aja, deh. | Cerpen Misteri Ada Tuyul Di Ruang Dapur

Aku masuk ke Warteg Bu Utami dengan langkah tegap ala anggota Paskibra.

"Lapor! Lapar! Makan nasi pake paha ayam goreng kecap, bala-bala dua, dan sambel kacang. Laporan selesai."

"Si Asep ngareureuwas wae," kata Bu Utami. Artinya : Si Asep ngagetin aja**.

Aku tertawa melihat wajah Bu Utami yang benar-benar kaget.

Selama aku makan, Bu Utami bercerita berbagai hal, mulai dari anaknya yang kecanduan bermain gawai, penyakit encoknya yang sering kumat dan berbicara tentang teror Tuyul yang meresahkan warga akhir-akhir ini.

"Beneran gitu? Ibu percaya?"

"Percaya atuh. Ibu pernah lihat kemarin malam."

Aku mengernyitkan dahi dan bertanya, "gimana ceritanya, Bu?"

Bu Utami perlahan memindahkan pandangannya ke lampu yang tepat berada di atas kepalanya, seperti di adegan-adegan sinetron dan mulai bercerita : Malam itu ibu sedang berak di kamar mandi. Baru saja keluar beberapa butir tiba-tiba ibu mendengar suara anak kecil tertawa. Diingat-ingat gak ada anak kecil di rumah ini. Lalu suara siapa itu? Ibu segera cebok dan memberanikan diri mengecek sumber suara. Ibu kaget melihat Tuyul itu sedang berdiri di atas meja makan sambil tertawa-tawa. Ketika matanya melihat ibu dia jadi terlihat galak. Dia memamerkan giginya yang runcing seperti Anjing. Ibu takut, teriak dan pingsan.

"Ibu kehilangan uang, gak?" Tanyaku.

"Keheula, serab." Artinya : Bentar dulu. Silau.

Aku sedikit tertawa. Ya, jelaslah silau. Lampu dipelototin.

"Ada uang yang hilang, tapi gak banyak."

"Berapa, Bu?"

"Tiga ratusan, lah, atau empat ratus. Ya sekitaran segitu lah."

"Oh."

Aku tidak suka dengan obrolan ini jadi kuganti topik pembicaraan.

"Si Yuni sama si Aris jahat, yah, Bu."

Dan Bu Utami membalas dengan penuh antusias, "iya bener. Jahat banget si Yuni, mah. Masa suami teman sendiri mau direbut. Udah gitu gak ngerasa salah lagi. Padahal kurang baik gimana si Afivah. Kurang baik gimana? Si Aris-nya juga lagi. Istri udah cantik, baik, perhatian malah digituin."

Ah, kurasa ini juga topik pembahasan yang kurang menarik.

Aku pulang dan langsung mengunci pintu. Kunyalakan televisi yang sedang menyiarkan pertandingan antara Manchester united dan Liverpool. Pertandingan yang menarik. Meskipun kedua tim itu tidak kusukai. Tapi tetap saja untuk sebuah pertandingan ini pasti seru.

Samar-samar kudengar suara anak kecil tertawa. Kupelankan volume televisi dan suara itu semakin jelas. Aku jadi teringat pada cerita Bu Utami.

Kuseret kakiku menuju alas suara. Asalnya dari ruang makan. Bulu kudukku mulai berdiri. Aku merasa takut tapi kuberanikan diri terus berjalan. Di ruang makan, di atas meja makan tepatnya. Kulihat seorang bocah berkepala pelontos sedang memainkan gelas plastik layaknya pesawat terbang.

Hehehehe... Hehehehe...

"Astaghfirullah!"

Dia mendengarnya dan langsung berbalik ke arahku. Dia berdiri tegak dan bisa kuukur panjang tangannya, Begitu panjang sampai melewati lututnya. Pahanya kecil seukuran dengan betisnya. Wajahnya meskipun kanak-kanak tapi tak ada lucu-lucunya. Dia melihatku dan menyeringai memamerkan deretan gigi yang runcing. Aku mematung di tempat. Tak bisa bergerak. Berteriak-pun tak kuasa rasanya.

Dia mulai berjongkok. Aku mulai waspada. Jangan-jangan dia akan loncat dan menyerangku. Debar dadaku semakin kencang.

Tuyul itu menabuhkan gelas plastik di tangannya ke meja, dan mengeluarkan suara, "ada ..."

"Ada... Ada.... Ada..."

Ada. Ada apa? Apa ia akan memberitahukan sesuatu kepadaku.

"Ada... Ada... Ada..."

Aku hanya diam. Menunggu apa yang akan dikatakannya. Tentu saja sambil merasa takut.

Tabuhan gelasnya semakin berirama dan kata-katanya semakin beragam. Meskipun sangat pelan. Kudengarkan baik-baik. Ternyata dia bernyanyi. | Cerpen Misteri Ada Tuyul Di Ruang Dapur

"Ada Eforst di tiap anak yang warnai dunia. Kurasakan Eforst-ku kutunjukkan pada dunia. Dengan Eforst setiap hari ayo wujudkan mimpi."