Pejuangan Cintaku Dengan Si Gadis Macan Betina Bagian 1

Desah nafas terdengar memburu.! Pukulan demi pukulan menderu datang! Berpacu, silih berganti dengan tendangan, lawannya hanya bisa menutupi wajah, terhuyung-huyung, melangkah mundur, namun pukulan dan tendangan itu tak membiarkannya pergi, terus mengejar dengan cepat, melebihi cepatnya langkah kaki mundur itu, hingga sesaat, sebuah senyum tersungging di bibir indah, sebuah celah terlihat, sepersekian detik, pemilik bibir indah itu memutar tubuhnya, bersamaan dengan dilayangkannya sebuah tendangan memutar, tepat mengenai wajah lawan, tanpa mampu dihindari…! |  Cerpen Cinta Pejuangan Cintaku Dengan Si Gadis Macan Betina Bagian 1

Buuaaakk ...!

Jeritan melengking mengiringi tubuh lawan yang terlempar ke belakang, berguling-guling di matras lalu tergeletak diam! Wasit langsung menghentikan pertandingan, dan mengangkat tangan si bibir indah itu ke udara, suara sorak-sorai bergemuruh menyambutnya.

"Wiiih ... hebat banget ya, Lann! Bener-bener deh tuh cewek! Pantas aja dia dijuluki Macan Betinanya Dojo (perguruan) BKC (Bandung Karate Club)," Bambang berseru sambil terus bertepuk tangan.

Aku hanya diam. Mataku masih tertuju ke arena pertandingan. Nampak Si Macan Betina itu, tengah memeluk dengan sportif lawannya yang telah bangkit kembali.

Merasa tak mendapat tanggapan, Bambang menoleh padaku, lalu menyenggol pundakku dengan sikutnya,

"Hei ...! Denger gak sih, aku ngomong? Bengong aja kamu!" katanya bersungut-sungut, "hehehe ... terpesona ya, Lann?"

Aku menoleh padanya, "Berisik aja kamu nih, Mbang!" kataku sambil tersenyum lebar, "gangguin orang lagi konsen aja!"

Bambang tertawa mendengar jawabanku, "Hahahaa .... Ngakuin nih, Lann?"

"Ngaku apaan?"

Tawa Bambang bertambah keras. Lalu menepuk bahuku perlahan, "Dia memang cantik, Lann. Murah senyum, selalu terlihat ceria. Tapi dia juga galak banget, lho! Apalagi dengan kepandaian beladiri karatenya itu. Gak ada cowok yang berani sembarangan mendekati!"

Aku sesaat menatap gadis itu di kejauhan, "Emang kamu kenal?" tanyaku kemudian.

"Dia teman SMU adikku, Lann."

Aku mengangguk perlahan dengan bibir membentuk huruf o.

"Tapi kalau sama kamu, kayaknya cocok deh, Lann," Bambang terus aja ngomong, "kalau kamu, kan bisa mengimbangi dia. Sama-sama menguasai bela diri. Jadi bisa meredam kegalakannya."

"Trus ... biar kalau lagi cekcok, diselesaiin dengan bertanding, gitu?" kataku setengah mencemooh.

Bambang kembali tertawa tergelak-gelak, "Ya gak papa, Lann. Aku bersedia kok jadi wasitnya, setiap kali kalian cekcok dan tanding adu karate. Hahaha ...."

"Boleh juga. Aku kan anti mukul cewek. Jadi sebagai ganti, mendingan mukulin wasitnya ajalah!"

Bambang tertawa semakin tergelak. Aku ikut tertawa, seraya mataku tak lepas memandang di kejauhan. Macan Betina itu tengah dikerumuni teman-temannya, bergembira merayakan kemenangan.

"Heii ...! Laaann ...!" *

Sebuah teriakan keras memanggilku. Aku menghentikan langkah kaki, menoleh ke arah datangnya suara itu. Sesaat mataku menatap seorang lelaki yang tengah bergegas menghampiriku.

"Eh, Johan!" kataku kemudian saat lelaki itu telah berdiri di hadapanku.

Johan tersenyum lebar sambil menjabat erat tanganku.

"Lama gak ketemu nih, Lann," katanya riang, "Gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah, baik-baik aja. Kamu sendiri? Lama juga menghilang gitu."

"Iya Lann. Aku seperti biasalah .... Kemarin-kemarin, aku lagi di Yogya. Ambil kursus keterampilan kilat," jawab Johan, "kamu lagi ngapain di sini? Ikut bertanding juga?"

"Enggak. Cuma kasih support aja sama teman-teman lain. Kamu sendiri lagi ngapain? Ikut juga?"

Johan tertawa, "Enggaklah, Lann! Aku kan dari pencak silat, bukan karate," balasnya, "aku ke sini mau jemput cewekku. Dia ikut tanding hari ini."

"Ooh ... udah punya cewek? Laku juga ya, kamu akhirnya," kataku bercanda.

Johan tertawa, meninju akrab pundakku. Tanpa menyadari, seorang gadis menghampiri kami yang tengah asyik mengobrol.

"Hei, Jo," sapanya lembut.

Kami menoleh bersamaan. Aku tertegun! Jantungku sesaat berdetak kencang ... Si Macan Betina! batinku bergumam kaget.

"Eh, hei, Irene. Udah selesai tandingnya? Gimana, menang gak?" Johan membalas dengan hangat.

"Alhamdulillah, menang, Jo."

"Waah ... selamat ya! Memang hebat cewekku satu ini," Johan menjabat erat tangan gadis itu, "Oh iya, kenalin nih. Sahabat lama aku, Lanna! Lann, ini cewekku yang lagi aku tungguin."

Gadis itu tersenyum menatapku. Lalu mengulurkan tangannya, "Irene ...," ucapnya lembut.

"Lanna," balasku menyambut jabatan tangannya.

Irene tersenyum, tampak senang.

"Si Juara Kumite dari Dojo LEMKARI, ya," katanya dengan nada kagum, "udah lama aku dengar nama kamu."

Aku sedikit kaget mendengar ucapannya. Lalu tersenyum, membalas, "Dan ini, Si Macan Betina dari Dojo BKC. Aku sering melihat pertandingan-pertandingan kamu yang selalu seru dan menarik perhatian."

Irene tersipu, "Waah ... makasih banget! Tersanjung nih, dipuji Si Juara Kumite."

Aku tertawa menanggapi, "Gak sehebat Si Macan Betina, yang menjadi bintang di pertandingan hari ini."

Irene balas tertawa. Johan ikut tertawa sambil menengahi,

"Iya. Kalian sama-sama hebat. Tapi salamannya jangan kelamaan ya! Ntar korslet, gawat deh," katanya dengan nada bercanda, sambil meraih tangan Irene yang masih menjabat erat jemariku.

Irene nampak terkejut! Baru tersadar, masih berjabat erat denganku. Dengan tersipu-sipu, ia melepaskan genggamannya. Aku jadi sedikit tersipu juga. Merasa tak enak hati pada Johan.

Irene masih tetap memandangiku.

"Udah lama aku penasaran sama kamu. Pingin rasanya, kapan-kapan bisa bertanding melawan kamu," katanya.

Aku tersenyum lebar.

"Maaf ... aku gak pernah mau ikut di kumite kelas campuran. Aku gak mau bertanding lawan perempuan."

"Aku pernah dengar juga begitu. Kenapa?" tanyanya penasaran.

"Pesan dari Ibuku ... jangan pernah dengan sengaja menyakiti wanita," jawabku pelan.

"Tapi kan beda. Ini pertandingan," bantah Irene tak puas.

"Iya. Tapi tetap aja sama, sakit karena pukulan atau tendangannya. Aku gak akan sampai hati. Dan pertandingannya nanti, gak akan berjalan dengan fair. Jadi mendingan aku gak ikut, kan?"

Irene terdiam, menatapku masih dengan pandangan penasaran. Johan memotong pembicaraan kami, "Iya, Ir! Itu udah prinsip Lanna dari dulu," katanya, "eh, udah hampir sore nih. Pulang sekarang yuk, Ir. Aku masih ada keperluan nanti." 

Irene hanya mengangguk perlahan. Namun matanya masih menatap padaku. Aku jadi tambah merasa tak enak hati. Cepat aku berkata, "Eh, iya. Aku juga mau nemuin teman-teman lain dulu di dalam. Ya udah, aku masuk dulu ya, Jo, Irene."

"Ok, Lann. Kita ketemu lagi besok-besok ya, Lann," balas Yohan, "yuk, Ir. Ayuk, Lann, kami pulang duluan." | |  Cerpen Cinta Pejuangan Cintaku Dengan Si Gadis Macan Betina Bagian 1

"Ok, Jo. Aku tunggu deh!" balasku.

Irene menatapku, lalu tersenyum manis, "kapan-kapan kita ketemu lagi, lann," lalu berbisik, lirih dan tajam, "dan semoga, ada kesempatan untuk kita bertanding”, lalu ia berbalik meninggalkanku. Diiringi johan yang menggandeng mesra tangannya. Aku mengela napas panjan... Menatap kedua sejoli itu berjalan meninggalkan tempat pertandingan. Batinku bergumam perlahan, semoga jangan sampai terjadi, irene. Namun entah mengapa, firasatku mengatakan yang sebaliknya!

-Bersambung-