Kabut Cinta Yang Terlarang

Hal yang paling menyakitkan adalah ketika orang yang kita cinta mencoba menghabisi dirinya sendiri. Sesuatu saling mengikat lalu menggumpal seolah membentuk bongkahan beban yang begitu berat dalam dada. Sakit, nyesek hingga seolah bernapaspun susah.

Entah berapa kali air mata bening itu melompat membasahi pipi dan wajah Urya saat perjalanan menuju rumah sakit. Hanya satu dalam benak hatinnya, ia tidak ingin sama sekali kehilangan orang yang sangat dicintanya itu. | Cerpen Sedih Kabut Cinta yang Terlarang

"Dek...Kenapa kau lakukan ini padaku?'' tanya Urya pada Eva yang terbujur lemas tak berdaya. Menggigil gemetar meluluh lantahkan pertahanan jiwanya.

Hanya diam tanpa suara perempuan berambut lurus dengan kulit putih salju bermata lentik yang mulai layu sayu tak tahan menahan beban hatinya hingga Eva memutuskan hendak mengahiri hidupnya.

Kecupan mendarat di kening bertubi-tubi yang kini seoalah tiada arti, "sayang bagunlah..." ucap laki-laki berhidung mancung dengan suara serak dengan jiwa tergantung pada luka yang ia ciptakan sendiri.

"Apa kau masih ingat saat kita bermain hujan bersama, Dek Va? Kita saling berjanji di bawah pohon dengan langit dan petir sebagai saksinya untuk hidup bersama hingga ujung senja? Apapun yang terjadi kita akan bersama?" tanya Urya meracau menciumi tangan bidadari surganya itu dengan takzim seperti orang gila.

"Cantik, jika cintaku padamu adalah cinta buta! Campakanlah dengan kata-kata terketus yang bisa kau katakan namun jangan hukum aku dengan diam. Cantik, jika cintaku padamu menjauhkan dari janji kita maka hinakan aku dengan hinaan yang paling hina yang bisa kau lontarkan namun jangan kau diam membisu seperti ini, buka bibirmu katakan sesuatu." tangis pria itu tanda sesal yang kini seolah tiada guna.

Sesampainya di rumah sakit Eva langsung masuk UGD dan langsung ditangani oleh Dokter rumah sakit itu. Satu persatu keluarga Urya berdatangan menjaga Eva di rumah sakit namun Urya tidak bisa menjaganya karena kini ia harus tinggal di kamar dengan dinding dingin beruji besi.

Polisi menangkapnya, dengan tudukan bahwa upaya bunuh diri Eva karena dirinya. Mendekam dalam penjara kini harus dia terima. Namun bagi Urya bukan hukuman dalam jeruji besi yang ia sesali tapi jika istrinya tidak bisa diselamatkan itu hukuman yang paling menyakitkan baginya.

Nasi sudah menjadi bubur, menyesal kemudian kini tiada artinya. Lengkap sudah penderitan yang harus ia alami kini, bukan keturunan yang ia dapatkan melainkan akan kehilangan orang yang paling dicinta dalam hidupnya.

Cinta? Oh tidak.. Kalau memang cinta kenapa menikah lagi? Cinta macam apa itu. Kalau memang cinta kenapa menyakiti hatinya? Menghancurkan harapanya? Itu bukan cinta melainkan kebodohan.

Air mata menjadi hal yang abadi nelangsa di musim yang digampar bias dosa yang sesal kini tiada guna. Bayangan sesal tak lekang-lekang jua tetap perih bagaikan badai mengamuk lautan yang menghitamkan kesucian hati remuk menelan kegetiran mencacah palung jiwa yang sunyi.

Hanya sesal kini menemani dengan asa berikutnya dalam pembaringan. Mematung meratap pada dindin-dinding dingin dalam perjara penghukuman. Porak poranda berantakan seperti istana pasir yang tersapu bersih itukah namanya rumah tangga yang terbina? Mengapa membangun istana pasir yang sudah tau pasti akan sirna?

Seluruh keyakinan yang tercipta seperti sajak telah terlupakan dan terbuang begitu saja. Tertanam gejolak amarah menghantui setiap gerak mata pada lekuk aura gemerlapan menembus batas kesengsaran yang terbang bebas menguasai kurungan penderitaan sedekat ketakutan ancaman tak tertahankan.

Sementara Alina yang tidak tau apa-apa tentang tragedi yang menimpa Urya dan Eva merasa cemas tak mementu. Hatinya gundah gulana, bertanya-tanya namun tak jua mendapatkan jawabanya.

"Kenapa Mas Urya tidak memberi kabar ya?" tanyanya sendiri jengkel, "ini benar-beanar tidak adil." imbuhnya.

Dalam kamar ia masih memandagi foto mereka saat bersama , befose manja saat di flores bulan madu waktu itu. Teringat jelas saat bibir tipis manisnya dilumat mesra oleh lelaki yang sangat cinta itu.

"Aku sangat merindukanmu Mas Urya! Adek kangen banget." ucap Alina lirih dengan membolak balik almbum kenangan mereka. Seolah masih terasa desiran ombak angin laut berhembus membelai mesra , dengan berlari-lari tanpa alas kaki.

Alina menghela nafas yang memenuhi rongga dadanya lalu dilemparlah album itu begitu saja. Minum segelas air putih sebelum tidur setelah mengunci kamarnya. Namun lagi-lagi matanya tak bisa terpejam, gelisah memikirkan suami belahan jiwanya.

Kembali bangun dan membuang nafas lalu mengambil gaget dan disentuhnya layar datar persegi empat itu. Klik aplikasi galery volt untuk melihat foto dan vidio rahasia mereka saat di ranjang. Diamatilah satu persatu foto dalam hape itu.

Tubuhnya mulai gemetar, jantung berdetak kencang dag dig dug imajinasinya mulai bermain. Mulailah Alina melihat vidio koleksinya sendiri saat bersama Urya dimana ia mendapatkan gelar sarjana kama sutra waktu itu.

Dalam selimut tanpa busana ia mulai berfantasi mengigat kenangan indah yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidupnya. Denting jam terus berputar, tidak terasa 15 menit telah berlalu. Keringat membasahi tubuhnya meski udara AC itu sangat dingin. Terengah-engah kelonjotan hingga dibuanglah benda persegi empat itu.

"Urya kurang ajar kau! Kenapa kau buat aku seperti ini? Brengsek," teriak histeris Alina menangis kehilangan kendali. Rindu itu telah menggrogoti hatinya hingga seperti orang gila.

"Ini keputusanku sendiri.... Aku harus kuat," ucapnya meracau sendiri, "tidak" imbuhnya menjambak rambutnya sendiri.

Alina menagis menggugu dalam kamar, jiwanya tergoncang , hatinya terkoyak-koyak berantakan. Marah, kecewa, rindu, cinta, hasrat, nafsu mengikat membentuk lingkaran membelenggu jiwanya.

"Wanita itu luar biasa, berlubang tapi tak bocor, ditusuk tak mati, berdarah tapi tak terluka, merintih tapi menikmati, menjerit tapi minta lagi, bilang sakit tapi tak kapok, digempur tapi tak menyerah...Eh... Malah pasang kuda-kuda," ucapnya sendiri seperti orang gila.

Wanita memang luar biasa, jangan anggap perempuan itu lemah. Karena pada hakekatnya obat kuat diciptakan untuk hadapi wanita. Benarkah demikian? Alina tertawa ngakak sendiri guling-guling hingga jatuh kelantai. | Cerpen Sedih Kabut Cinta yang Terlarang

"Kamu jahat Urya! Tega kau buat aku seperti ini. Benarkah aku sudah gila? Kenapa ada cinta jika harus berakhir seperti ini? Kenapa?" Tanya Alina yang sepertinya sudah tidak waras.

Ketika kau jatuh cinta maka kau akan menyadari perasaan rindu yang mendalam yang tiada berkesudahan seperi samudra yang tak berujung meski ada pantai. Namun kenyataanya bibir pantai itu tiada awalnya ya jadi akhirnya.

Memahami cinta kau akan membuatmu terluka dan kau akan mengaliri lukamu dengan kerelaan, keikhlasan dan kesenangan karena jika tidak maka itulah neraka seumur hidupmu.

Bahkan terkadang, kapal yang tidak punya pengemudi akan tersesat diantara pulau-pulau ganas. Meski begitu kapal itu tidak akan menyelam kedasar laut. Hingga detik ini tak ada satupun pujangga yang mampu memahami apa itu cinta apalagi Alina yang kini terpenjara oleh hatinya sendiri. Apa yang akan terjadi?

- Bersambung _