Seperti biasa, Mas Pras selalu menungguku di lobby, untuk mengantarku pulang. Aku rasa, perasaanku pada Mas Pras semakin jelas. Aku mencintainya.... ya, harus kuakui kalau aku mencintainya. Mencintai apapun yg ada padanya. Bukan hanya tampan dan mapan, yang terpenting buatku, Mas Pras amat sangat menghargai dan membuatku nyaman berada disampingnya. Tidak seperti Bastian yang semakin lama semakin dingin, menjauh dan kini menghilang. Aku digantung tanpa kepastian, setahun lamanya. Andai saja aku wanita lajang dan bebas, mungkin sudah kujawab pernyataan cintamu Mas Pras dengan anggukan kepala dan kata-kata "Iya mas, aku mau menikah denganmu." | Cerpen Cinta Tak Akan Pernah Salah Part 1
Kulihat Mas Pras sedang berdiri di lobby sambil melihat layar handphonenya. Aku berjalan menghampirinya.
"Maaf mas, lama ya nunggunya?" Ucapku pada Mas Pras.
"Tidak apa-apa, aku juga baru selesai meeting, langsung pulang Nad atau kamu mau kuantar kemana dulu gitu?" Tanya Mas Pras.
"Langsung pulang saja Mas, lelah sekali aku hari ini." Jawabku sambil memegang pundakku yang terasa kaku.
"Kamu sakit Nad? Aku antar ke dokter saja ya?" Sambung Mas Pras penuh kekhawatiran.
"Ga usah Mas, aku hanya butuh istirahat saja." Aku berusaha menenangkan Mas Pras.
Bergegas kami menuju mobil Mas Pras... Dengan sigap Mas Pras membukakan pintu mobilnya untukku dan mempersilahkan aku naik.
"Kamu yakin ga perlu ke dokter Nad?" Tanya Mas Pras masih terkesan khawatir. Aku menghela nafas panjang. Aku yakin, Bastian yg membuatku amat sangat tersiksa seperti ini. Bastianlah yang sudah menyita seluruh hati dan fikiranku. Entahlah apa maunya, Bastian yg dulu kukenal amatlah sangat berbeda. Bastian yg skrg seperti tak punya pendirian. Jika dia masih mencintai dan menginginkanku kenapa tidak dia perjuangkan aku? Dadaku terasa panas, tak kuhiraukan pertanyaan Mas Pras disampingku.
"Nad... Nadya.... kamu yakin kamu nggak apa-apa?" Mas Pras semakin tampak khawatir. Dan meminggirkan mobilnya sejenak untuk meyakinkan kondisiku baik-baik saja.
"Nad, kamu kenapa? Jangan membuatku khawatir?" Mas Pras meraih tanganku. Tapi dengan cepat kulepaskan tangannya dan membuatku gugup tak bisa berucap apa-apa.
"Ooh, maaf Nad, aku hanya khawatir melihat wajahmu yg pucat, sejak keluar kantor tadi juga kamu diam saja, maaf aku tidak bermaksud apa-apa." Tegasnya lagi padaku penuh rasa bersalah.
"Maaf Mas, aku ingin segera sampai di rumah, tolong antarkan saja aku pulang. Aku sedang ingin sendiri." Akhirnya akupun membuka suara.
"Baiklah jika itu mau kamu." Ucap Mas Pras tanpa ada rasa kecewa sedikitpun. Itulah yg kusuka darimu Mas, sikapmu sungguh dewasa, tidak pernah memaksakan kehendakmu, setiap ucapan dan perbuatanmu sangatlah santun padaku.
"Bastian yang sudah menyita seluruh fikiranmu ya Nad?" Pertanyaan Mas Pras membuatku tambah membisu.
Sudah hampir sampai, hanya tinggal beberapa gang saja sudah masuk ke perumahan tempatku tinggal. Rumah Bastian yang akhirnya ditinggalkan satu persatu oleh penghuninya. Mungkin kelak akan menjadi giliranku. Aku masih bertahan disini karena statusku yang masih istri pertama Bastian. Bastian dan Ibunya lebih memilih tinggal bersama Sarah, istri kedua Bastian. Tiba-tiba saja ada mobil dan beberapa orang menghadang mobil Mas Pras. Semuanya berbadan kekar dan memegang balok kayu... Aku benar-benar terkejut dan ketakutan. Tapi kulihat Mas Pras sangatlah tenang. Dengan mengucap Basmallah Mas Pras turun dari mobilnya. Aku sempat menahan dengan menarik lengan Mas Pras
"Tenang saja Nad, mohon perlindungan pada Allah, kamu tetap disini saja ya, apapun yg terjadi." Mas Pras begitu tampak yakin dan tanpa rasa takut sedikitpun.
"Mau apa kalian?" Tanya Mas Pras kepada orang-orang yg berbadan kekar itu.
"Masih punya nyali lu Pras...." Suara yg sangat kukenal keluar dari dalam mobil yang menghadang kami.
"Oowh lu rupanya, urusan bisnis ataupun urusan rumah tangga selalu dengan cara kasar, pengecut lu." Jawab Mas Pras dengan nada sedikit kesal.
"Gue udah ingetin lu berapa kali, ga usah lu ikut campur urusan rumah tangga gue, kita cuma punya urusan bisnis, mo gue apain Nadya, itu urusan gue, kenapa jadi lu yang repot?" Bastianpun menjawab dengan penuh amarah. Aku hanya mengamati dari dalam mobil Mas Pras. Bastian bisa senekad itu, apapun dia lakukan untuk mendapatkan apa yg ia inginkan. Begitu juga dengan Ayah dan Ibunya.
Tiba-tiba saja salah seorang berbadan kekar menarikku paksa keluar dari dalam mobil. Mas Pras yang melihat mereka berlaku kasar padaku langsung naik pitam.
"Jangan kalian sakiti Nadya.... kalau berani hadapi gue!!!" Suara Mas Pras berteriak.... Tapi 2 orang lainnya yang berbadan kekar itu langsung memukul Mas Pras dengan balok kayu yang dipegangnya. Mas Pras jatuh tersungkur. Kedua orang itu memegang kedua tangan Mas Pras, sehingga Mas Pras tidak sanggup berbuat apa-apa.
Dari jarak sekitar 5 meter dari Mas Pras, aku menyaksikan Bastian menghujami Mas Pras dengan pukulan bertubi-tubi. Mas Pras berusaha melawan sekuat tenaga dengan kakinya karena tangannya terikat kuat oleh 2 orang algojo itu. Kulihat Bastian berbisik pada Mas Pras, entahlah apa yang dia katakan pada Mas Pras....
"Oke, lu udah dapetin hati Nadya tapi jangan harap lu bisa dapet proyek besar itu, perusahaan gue dan Sarah sudah lebih kuat sekarang, sejak bersatunya 2 perusahaan kami. Jadi ga perlu lu presentasi bagus-bagus, percuma!!!" Teriak Bastian di telinga Mas Pras... Mas Pras tidak memperdulikan ucapan Bastian. Mas Pras berusaha sekuat tenaga berontak dan melawan Bastian.
"Lu mau Nadya selamat? Jangan melawan kalo lu mau Nadya selamat, buktikan kalo lu rela berkorban apapun untuk Nadya!!" Bastian berbisik di telinga Mas Pras....
"Lu lihat? Lu ga bisa apa-apa kalo gue suruh orang itu untuk memperkosa Nadya.... lu cuma bisa menyaksikan orang yang lu cintai dinodai didepan mata lu." Bisik Bastian lagi pada Mas Pras dan terus memukuli Mas Pras dengan membabi buta.
"Hentikan Bas.... sudah gila kamu!" Ucapku berteriak pada Bastian. Entah apa yang Bastian bisikkan pada Mas Pras.... Mas Pras tiba-tiba tidak melawan sedikitpun. Dia diam saja, seolah dia pasrah dengan pukulan Bastian yang bertubi-tubi.
Perih rasanya hatiku menyaksikan Mas Pras yang sudah tak berdaya, bukan hanya dengan tangannya Bastian memukuli Mas Pras, tapi juga dengan balok kayu yang dibawa para algojo itu. Lemas lututku melihat Mas Pras, orang yang kucintai berlumuran darah dan penuh lebam.
"Mas Praaaaasss..... lawan mas, kenapa kamu diam saja?" Aku berteriak berharap Mas Pras sadar dan melawan Bastian.
Kemeja Mas Pras yang sudah berlumuran darah dan mukanya yang penuh lebam, membuatku meronta-ronta berusaha melepaskan genggaman tangan orang yang berbadan kekar ini. Tapi sia-sia, tangannya jauh lebih kekar dan kuat daripada tanganku, kenapa Mas Pras tidak mau melawan sedikitpun?
"Oke gue puas sekarang sudah bisa lepasin dendam gue.... ini pelajaran buat lu yang selalu merampas apa yang gue punya, Nadya dan tender-tender yang selalu lu menangin." Ucap Bastian sambil melempar balok kayu pada tubuh Mas Pras yang sudah tergeletak tak berdaya.
Bastian menghampiriku yang masih terikat oleh tangan laki-laki bertubuh kekar. Dengan membawa sebuah amplop coklat yang diambilnya dari dalam mobilnya. | Cerpen Cinta Tak Akan Pernah Salah Part 1
"Niiih.... ini yang kamu mau kan? Surat cerai!!!" Ucap Bastian sambil melemparkan amplop coklat itu ke wajahku.
"Lepaskan dia!" Perintah Bastian pada orang suruhannya yang memegang tanganku sekuat tenaga.
Begitu tanganku terlepas dari algojo itu, langsung aku berlari menghampiri Mas Pras yang sudah terbaring ditepi jalan. Kuangkat kepalanya dan kubaringkan di pangkuanku. Sakit rasanya hati ini melihat Mas Pras terkulai tak berdaya dan darah yang mengalir deras dari hidung dan mulutnya.
"Mas Pras..... kenapa kamu lakukan ini? Kenapa kamu tidak melawan sedikitpun Mas?" Isak tangisku tak bisa dibendung lagi. Kondisi jalan ini memang sepi sekali. Aku bingung harus bagaimana. Bastian dan para algojonya sdh hilang dari pandanganku.
Kuambil handphone di saku bajuku. Kutekan nomor Andri yang kuingat dikepalaku. Mungkin Andri bisa bergegas mengirim bantuan kesini, fikirku.
Tak lama ambulance datang, petugas kesehatan segera menggotong tubuh Mas Pras keatas tandu dan bergegas menggotong kedalam ambulance. Tidak lama Andri datang bersama 1 orang lagi. Dia memerintahkan orang itu untuk membawa mobil Mas Pras ke kantor. Aku ikut naik kedalam ambulance dan Andri mengikuti kami ke Rumah Sakit dengan mobilnya.
Dan kini aku yakin bahwa Prasetyo Putra Handokolah yang tulus mencintaiku sepenuh hati dan jiwa raganya.