Tertawa dan menangis sendiri itulah anggapan mereka dari salah satu klien dari Kabupaten Jepara yang pernah mencoba datang mencari solusi kepadaku.
Sebut saja namanya Mia, dia adalah seorang perempuan berumur 27 tahun waktu ditahun 2016 yang lalu. Salah satu lulusan STAIN Kudus dengan gelar Sarjana Ekonomi Syariah ( SE. sy) tahun 2009-2010.
Untuk nama asli dan tempat tinggal yang sebenarnya saya tidak bisa menyebutkan yang sebenarnya disini demi privasi klien saya itu. | Cerpen Sedih Aku Dianggap Gila Keluargaku Sendiri
Mia sudah menikah dengan kekasih hatinya sebut saja namanya Ardi yang mereka sudah pacaran semenjak kuliah. Hingga di pelaminan cinta mereka tidak mendapat restu dari orang tua Mia karena masalah perbedaan ekonomi.
Dari pernikaha Mia dan Ardi mendapatkan anugrah malaikait kecil si cantik jelita. Dari sinilah persoalan itu dimulai, orang tua Mia ikut campur dalam rumah tangga anaknya itu.
Hamil muda anak pertama semestinya adalah masa terindah dalam mengarungi rumah tangga namun itu tidak pada Mia yang terjadi adalah tekanan batin.
Dalam segala permasalahan sekecil apapun, orang tua dan keluarganya ikut campur bahkan memaksa Mia berpisah dengan Ardi suaminya itu.
Sebagi anak Mia tidak ingin disebut durhaka kepada orang tuanya.Namun disisi lain ia tidak ingin kehilangan suami yang sangat dicintanya.
Tidak ada asap tidak ada api, seperti pepatah mengatakan dan mulailah bahtera rumah tanganya itu goyah saat menjelang kehamilan Mia berusia 4 bulan.
Seperti diketahui dalam tradisi jawa, ketika menginjak kehamilan 4 bulan dan 7 bulan pasti diadakan syukuran atau selamatan apalagi kalau itu anak pertama.
Masalahnya adalah Ardi belum juga mendapat pekerjaan yang pasti, sedangkan mereka sangat memerlukan biaya. Mau tidak mau, suka tidak suka, orang tua Mia lah yang selama ini menanggungnya.
Itu juga yang menjadi alasan tambah kebencian keluarga Mia pada Ardi yang masih saja menganggur dan belum dapat pekerjaan. Kesalahan apapun selalu diungkit-ungkit bahkan tidak jarang menceritakan kejelekan menantunya itu dipasar tetangga.
Ardi yang awalnya masih bisa mempertahankan rumah tangganya itu, sedikit demi sedikit pertahannya goyah dan memutuskan mininggalkan Mia istrinya tercintanya. Padahal sang istri saat itu lagi sedang hamil tua. Salah siapa? Dosa siapa? Egois saling menguasai keluarga itu.
Mia yang mengalami goncangan itu akhirnya depresi, mulai sering melamun sendiri, bahkan menangis sendiri. Tapi bukanya keluarganya memberkan dukungan secara psikologis namun malah terus menekanya dengan kekerasan verbal.
"Mia seperti ini karena diguna-guna oleh suaminya," kata orang tuanya Mia. Datang lah pada orang 'Pintar' dan yang mencengangkan adalah orang yang disebutnya pintar itu mengamini semua apa yang dikatakan oleh keluarga Mia.
"Mia terkena guna-guna," kalimat itu terus mendoktrin pemikiran keluarga itu. Hingga puncaknya Mia benar-benar depresi dan kesurupan hingga bisa dikatakan ia gila atau sakit jiwa.
Karena Mia sudah tidak bisa mengenal dirinya sendiri, bahkan ia sudah tak malu kencing dalam celana dan sering melukai dirinya sendiri. Beruntunglah si jelita anaknya diasuh oleh keluarganya.
Dari Dokter, Ustad, Kiai, Dukun dan semua yang orang bilang mereka datangi untuk menyembuhkan sakitnya itu. Hingga suatu hari mereka bertemu denganku.
Jujur sebenarnya aku menolak dan ingin menghindarinya menggunakan pengetahuanku untuk hal semacam ini. Namun melihat putrinya Mia yang masih balita, terpaksa aku mau menanginya.
Setelah aku perikasa dengan pengetahuan yang ada, Mia memang depresi dan seharusa datang psikolog. Namun akibat depresi yang berkepanjangan itu, raganya Mia menjadi rumah mahkuk ghaib. Berbagai jenis qorin pun senang tinggal didalamnya.
Perlu diketahui, bahwa qorin yang tinggal dalam jasad Mia ini banyak yang bisa membaca ayat suci,jadi ruqiah biasa tidak berpengaruh.
Saat ruqiah para qorin ini pergi namun setelah itu mereka kembali dan begitu seterusnya. Hanya Mia sendirilah yang biasa menyembuhkan dirinya sendiri.
"Kayu gung susue angin," mulailah aku berdeplomasi dengan para qorin ini untuk segera meninggalkan tubuh Mia. Tuju puluh persen qorin pengguni itu mau pergi dengan jalan diplomasi namun masih ada tiga puluh persen menolak.
"Hizib Nashr," terpakasa aku gunkan untuk mengusir penjajah dalam tubuh Mia. Atas izin Allah kami menang dan Mia sembuh dari ganguan Jin. | Cerpen Sedih Aku Dianggap Gila Keluargaku Sendiri
Akan tetapi masalahnya Mia belum sembuh dari depresi. Sedikit demi sedikit aku tanamkan dogma motivasai pada otaknya dan berangsur keadaanya mulai membaik.
Dalam perang melawan penjajah dalam raga Mia, aku tidak bisa menggunakan pengetahuan 'Waringin Sungsang atau Qumora Geni atau Giumbolo Geni' karena bisa membakar jiwanya. Dan ini sangat berbahaya.
Dengan jalan Dharma yang pernah aku sampaikan, Mia mulai memahami, "kapal sak jroning segoro, segoro sak jroning kapal," dan mulailah ia mendobrak block mentalnya.
Penyakit pikiran itu lebih berbahaya dari pada penyakit cancer dan harus disembuhkan. Semoga bermanfaat dan terimakasih.
Untuk terlepas dari lingkaran karma yang tidak berakhir hanya jalan dharma yang harus dilakukan. Manusia buah dari pikiranya.End