Kue Brownies Itu Bernama Andira

Saat tengah mengantri di kasir, HP di genggaman berdering.

"Jadi sore ini kita ketemuan? | Cerpen Lucu Kue Brownies Itu Bernama Andira

"tanyanya memastikan.

"Jadi donk. Jam tiga sore ini kan di Grand Mall? Aku sudah di Kranji. Kamu?" Jawabku memberi kepastian.

"Aku siap meluncur. Tapi nanti saat ketemuan, aku ditemani nonton,"

"Hay ... tidak begitu perjanjiannya, Andira. Kita bertemu di Grand Mall. Aku memberikan kau uang lantas kau memberikan pesanan. Setelah itu, kita berpisah,"

"Ok lha tidak perlu nonton. Tapi temani aku makan, Enah,"

"Aku nggak punya duit! Makanmu kan banyak. Meski memiliki tubuh tinggi, ramping, berisi," jawabku teringat dia pernah berkisah tentang hobi makannya.

"Aku yang bayar sendiri. Tapi aku memaksa kau menemaniku. Titik! Jika tidak, aku tidak bersedia mengantarkan pesananmu. Kau harus datang sendiri mengambilnya!"

"Begini saja ... kau datang bawakan pesananku. Aku jamin, dengan wajah tampan dan kekayaanmu ... 100 cewek pun bisa kau dapatkan sekali kedip. Bagaimana?"

"Aku tidak ingin mereka. Aku ingin kau, Enah!" Tegasnya membuatku terpingkal.

"Andira ... aku ini sudah tua, hitam, jelek, gendut dan tengah hamil anak ke tiga. Aku memiliki suami. Mengapa kau bisa terpikat padaku? Kau tampan, Andira. Blasteran Padang dan Brunei dengan gigi gingsul mempermanis wajahmu. Garis keturunanmu pengusaha. Ibumu berbisnis berlian, ayahmu anggota dewan. Ayo lha aku butuh barang itu. Anakku lagi sakit hingga tak bisa mengambil sendiri seperti biasanya. Ok?"

"Pokoknya aku minta ditemani makan olehmu, Enah. Titik! Aku janji! Hanya makan saja!"

"Aku tidak bisa, Andira. Itu mengkhianati suamiku,"

"Suamimu tidak melihat, Enah. Kita cuma makan,"

"Tapi Allah melihat! Maaf ... aku tidak bisa, Andira!"

Klik. Terputus. Pertemuan dibatalkan secara sepihak dan aku merasa ... lelah. Sangat mudah bagiku membalas perselingkuhan suami dengan perselingkuhan pula.

Terlebih anak muda berbeda belasan tahun ini berulang kali meminta bertemu. Rumahnya lumayan dekat denganku. Bekasi-Jakarta. Tapi aku tak tertarik membalas pengkhianatan dengan pengkhianatan. Jika kulakukan itu artinya sama bejadnya dengan dia.

Awal perkenalanku dengan Andira sejak menangani pesanan gelang dengan inisial huruf dari besi berornamen bunga, anime berupa bentuk dan warna. Saat itu omzetku berjualan aksesoris ini mencapai 20 juta. Tak peduli meski harus menjadi anak kereta. Beberapa kali mengajak ke dua putri dan menikmati aneka hidangan sea food di kantin stasiun Kota, Jakarta. | Cerpen Lucu Kue Brownies Itu Bernama Andira

Entah apa yang dilihat lelaki muda itu padaku.