Namanya Aisyah, gadis berambut panjang dan berparas cantik dan polos. Dalam kesendiriannya itu, ia termenung duduk diatas tempat tidur ditemani hujan malam yang dinginnya menusuk hingga ketulangnya. Terlintas bayangan-bayangan masa kecilnya bersama sosok seorang ibu. Aisyah, mencoba mengingat kembali kejadian 14 tahun silam saat ia masih berumur 4 tahun. | Cerpen Sedih Jejak Yang Hilang Dari Sang Ibu
Saat itu adalah hari terakhir berpuasa. Orang-orang sibuk membeli sayur mayur, daging, beserta kue yang akan dihidangkan untuk Lebaran.
"Ais sayang, maukah kamu ikut ibu kepasar nak?" Ajak ibunya.
"Ya, Ais mau bu" jawab Aisyah pada ibunya.
Mereka pun pergi bersama-sama kepasar untuk membeli apa-apa yang diperlukan. Karena sangking ramainya para pembeli dengan tujuan yang sama, membuat kami susah untuk pergi dari tempat itu. Yah, karena pasarnya pun kecil, jalan menuju tempat lain pun harus dengan sabar.
Aisyah, kehilangan jejak ibunya yang tadinya berada disampingnya. Ia mencari, menjerit memanggil ibunya. Namun tak ada jawaban. Kemudian, ia menangis. Orang-orang yang berlalu lalang itu hanya melewatinya saja tanpa ada rasa iba. Ia menangis sambil memanggil ibunya.
"Hikss,,hiks,,hikss. Ibu, kemana ibu? Ais takut bu, ibu kembalilah. Jangan tinggalin Ais bu" kata Aisyah sambil menangis terisak-isak. Kemudian, ada seorang lelaki setengah baya yang iba melihat gadis kecil itu menangis.
"Adik, kenapa kamu menangis nak?"
"Aku ditinggalin ibu om, aku udah cari ibu kemana-mana tapi ga ketemu. Aku takut om, aku takut. Disini ramai sekali sampai aku tak bisa menemukan ibuku." jawab Aisyah kian tambah menangis.
"Namamu siapa nak?" Tanya lelaki tersebut.
"Aisyah om"
"Yaudah, nanti om bantu cari ibu Aisyah ya?"
Aisyah hanya mengangguk. Aisyah mulai mencari ibunya keliling pasar bersama lelaki paruh baya itu. Tapi hasilnya pun nihil. Aisyah mulai putus asa, ia semakin tambah menangis.
"Om, ibu Ais mana om? Ibu Ais kenapa belum juga ketemu? Om, Ais pengen ketemu ibu. Ais pengen pulang." Ujar Aisyah merengek.
"Kalo Aisyah pengen pulang, om anterin pulang ya? Rumah Aisyah dimana nak?" tanya lelaki itu. Aisyah hanya diam dan mencoba mengingat dimana alamat rumahnya. Namun, ia tak ingat apapun. Ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu dengan hanya menggelengkan kepala.
"Aisyah tidak ingat rumah Aisyah?"
"Ibu baru pindah kesini om, Ais belum hapal"
"Yasudah kalo begitu Ais ikut om pulang kerumah om aja. Nanti besok kita lanjut cari ibu lagi. Sementara, Ais tinggal dirumah om dulu. Gimana nak?" Ujarnya.
"Om bukan penculik kan?" tanya Aisyah dengan polos.
"Tidak nak, bapak bukan manusia sejahat itu." jawabnya sambil membelai rambut Aisyah. Aisyah pun mengangguk dan ikut bersama lelaki itu.
************
Saat masih dalam bayangan masa lalunya, Aisyah dikejutkan oleh lelaki paruh baya yang masuk kedalam kamarnya. Aisyah terhentak, seketika itu ia terpaksa memutuskan kejadian masa lalunya itu dalam pikirannya.
"Ayah." kata Aisyah sambil memeluk ayahnya.
"Sabar sayang, tabahkan hatimu nak." jawab sang ayah membalas dekapan anaknya.
"Ais rindu ibu, ayah." kata Aisyah disela-sela tangisnya.
"Sabar nak."
"Kalau saja ayah tak pindah tugas diluar negri, pasti Ais dan ibu tak akan terpisah saat itu yah." jawab Aisyah.
"Maafkan ayah nak, ayah pergi mencari nafkah untuk Ais dan juga ibu. Seharusnya saat kamu masih berumur 2 tahun, ayah tidak meninggalkanmu dan juga ibu. Maafkan ayah nak."
"Tak apa yah, ini bukan salah ayah. Ais tak percaya bahwa ibu saat itu juga ikut mencari Ais hingga kemana-mana. Akibatnya ibu malah tertimpa muatan barang yang amat berat. Hingga ibupun..." Aisyah memotongkan kalimatnya dengan air mata yang kian deras.
"Maafkan ayah nak."
"Tidak apa ayah, yang penting masih ada ayah yang bisa menjaga Ais. Jangan tinggalin Ais lagi yah. Ais gamau sendirian. Ais mau ayah selalu ada disamping Ais." Jawab Aisyah.
"Iya sayang, ayah janji gak akan ninggalin kamu lagi. Ayah ga akan mengulangi perbuatan ayah seperti dulu. Sekarang, apa saja ayah lakukan asal tetap bisa bersama Ais."
"Makasih ayah." kata Aisyah dengan raut senang.
"Besok kita kemakam ibu nak, hari ini genap lah sudah 14 tahun ibu meninggalkan kamu dan ayah." kata ayahnya sambil menyeka air mata Aisyah.
Esok hari, lebaran idul fitri. Aisyah dan ayah pergi bersama menuju Masjid untuk menunaikan solat ID. Sebelum berangkat, Aisyah meraih tangan ayahnya.
"Ayah, maafin Ais ya kalo Ais banyak salah sama ayah. Maafin Ais kalo banyak buat ayah marah dan kecewa." ujar Ais sambil
Rabu pukul 0:00·Dikirim dari Seluler
Sandra Kiiranna
JEJAK HILANG SANG IBU
Oleh : Sandra Kirana
Namanya Aisyah, gadis berambut panjang dan berparas cantik dan polos. Dalam kesendiriannya itu, ia termenung duduk diatas tempat tidur ditemani hujan malam yang dinginnya menusuk hingga ketulangnya. Terlintas bayangan-bayangan masa kecilnya bersama sosok seorang ibu. Aisyah, mencoba mengingat kembali kejadian 14 tahun silam saat ia masih berumur 4 tahun.
Saat itu adalah hari terakhir berpuasa. Orang-orang sibuk membeli sayur mayur, daging, beserta kue yang akan dihidangkan untuk Lebaran.
"Ais sayang, maukah kamu ikut ibu kepasar nak?" Ajak ibunya.
"Ya, Ais mau bu" jawab Aisyah pada ibunya.
Mereka pun pergi bersama-sama kepasar untuk membeli apa-apa yang diperlukan. Karena sangking ramainya para pembeli dengan tujuan yang sama, membuat kami susah untuk pergi dari tempat itu. Yah, karena pasarnya pun kecil, jalan menuju tempat lain pun harus dengan sabar. | Cerpen Sedih Jejak Yang Hilang Dari Sang Ibu
Aisyah, kehilangan jejak ibunya yang tadinya berada disampingnya. Ia mencari, menjerit memanggil ibunya. Namun tak ada jawaban. Kemudian, ia menangis. Orang-orang yang berlalu lalang itu hanya melewatinya saja tanpa ada rasa iba. Ia menangis sambil memanggil ibunya.
"Hikss,,hiks,,hikss. Ibu, kemana ibu? Ais takut bu, ibu kembalilah. Jangan tinggalin Ais bu" kata Aisyah sambil menangis terisak-isak. Kemudian, ada seorang lelaki setengah baya yang iba melihat gadis kecil itu menangis.
"Adik, kenapa kamu menangis nak?"
"Aku ditinggalin ibu om, aku udah cari ibu kemana-mana tapi ga ketemu. Aku takut om, aku takut. Disini ramai sekali sampai aku tak bisa menemukan ibuku." jawab Aisyah kian tambah menangis.
"Namamu siapa nak?" Tanya lelaki tersebut.
"Aisyah om"
"Yaudah, nanti om bantu cari ibu Aisyah ya?"
Aisyah hanya mengangguk. Aisyah mulai mencari ibunya keliling pasar bersama lelaki paruh baya itu. Tapi hasilnya pun nihil. Aisyah mulai putus asa, ia semakin tambah menangis.
"Om, ibu Ais mana om? Ibu Ais kenapa belum juga ketemu? Om, Ais pengen ketemu ibu. Ais pengen pulang." Ujar Aisyah merengek.
"Kalo Aisyah pengen pulang, om anterin pulang ya? Rumah Aisyah dimana nak?" tanya lelaki itu. Aisyah hanya diam dan mencoba mengingat dimana alamat rumahnya. Namun, ia tak ingat apapun. Ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu dengan hanya menggelengkan kepala.
"Aisyah tidak ingat rumah Aisyah?"
"Ibu baru pindah kesini om, Ais belum hapal"
"Yasudah kalo begitu Ais ikut om pulang kerumah om aja. Nanti besok kita lanjut cari ibu lagi. Sementara, Ais tinggal dirumah om dulu. Gimana nak?" Ujarnya.
"Om bukan penculik kan?" tanya Aisyah dengan polos.
"Tidak nak, bapak bukan manusia sejahat itu." jawabnya sambil membelai rambut Aisyah. Aisyah pun mengangguk dan ikut bersama lelaki itu.
************
Saat masih dalam bayangan masa lalunya, Aisyah dikejutkan oleh lelaki paruh baya yang masuk kedalam kamarnya. Aisyah terhentak, seketika itu ia terpaksa memutuskan kejadian masa lalunya itu dalam pikirannya.
"Ayah." kata Aisyah sambil memeluk ayahnya.
"Sabar sayang, tabahkan hatimu nak." jawab sang ayah membalas dekapan anaknya.
"Ais rindu ibu, ayah." kata Aisyah disela-sela tangisnya.
"Sabar nak."
"Kalau saja ayah tak pindah tugas diluar negri, pasti Ais dan ibu tak akan terpisah saat itu yah." jawab Aisyah.
"Maafkan ayah nak, ayah pergi mencari nafkah untuk Ais dan juga ibu. Seharusnya saat kamu masih berumur 2 tahun, ayah tidak meninggalkanmu dan juga ibu. Maafkan ayah nak."
"Tak apa yah, ini bukan salah ayah. Ais tak percaya bahwa ibu saat itu juga ikut mencari Ais hingga kemana-mana. Akibatnya ibu malah tertimpa muatan barang yang amat berat. Hingga ibupun..." Aisyah memotongkan kalimatnya dengan air mata yang kian deras.
"Maafkan ayah nak."
"Tidak apa ayah, yang penting masih ada ayah yang bisa menjaga Ais. Jangan tinggalin Ais lagi yah. Ais gamau sendirian. Ais mau ayah selalu ada disamping Ais." Jawab Aisyah.
"Iya sayang, ayah janji gak akan ninggalin kamu lagi. Ayah ga akan mengulangi perbuatan ayah seperti dulu. Sekarang, apa saja ayah lakukan asal tetap bisa bersama Ais."
"Makasih ayah." kata Aisyah dengan raut senang.
"Besok kita kemakam ibu nak, hari ini genap lah sudah 14 tahun ibu meninggalkan kamu dan ayah." kata ayahnya sambil menyeka air mata Aisyah.
Esok hari, lebaran idul fitri. Aisyah dan ayah pergi bersama menuju Masjid untuk menunaikan solat ID. Sebelum berangkat, Aisyah meraih tangan ayahnya.
"Ayah, maafin Ais ya kalo Ais banyak salah sama ayah. Maafin Ais kalo banyak buat ayah marah dan kecewa." ujar Ais sambil mencium tangan ayahnya dengan setetes air mata.
"Iya sayang, ayah udah maafin Aisyah kok. Maafkan ayah juga ya nak, maafkan semua salah ayah dan maafkan ayah pernah membuat Aisyah kecewa."
Mereka pun saling memafkan. Kemudian mereka pun berangkat ke Masjid. Seetelah selesai, mereka singgah sebentar untuk berkumpul dengan para tetangga. Kemudian tak lama, mereka pergi kemakam untuk menemui orang yang sangat mereka sayangi. Mereka mencabuti rerumputan yang tumbuh disekitar makamnya. Kemudian mereka taburkan dengan air dan mereka siram dengan sebotol air. Setelah itu, mereka mulai membaca surat Yassin. Sesudah membacanya, Aisyah berkata, "ibuku sayang, maafin semua salah Aisyah ya bu, maafkan Aisyah karna telah banyak merepotkan ibu. Selamat hari raya idul fitri bu, Aisyah sayang ibu. Semoga ibu selalu ditempatkan disisi Allah." ujar Aisyah dengan mengeluarkan air matanya yang tak ia sadari.
"Yani, maafkan aku karena pernah meninggalkanmu dan anak kita. Maafkan semua salahku. Aku menyesal karena pernah meninggalkan kalian. Aku janji Yan, aku akan menjaga anak kita, aku akan menjaga Aisyah. Aku tak akan meninggalkannya lagi. Dia sudah tumbuh menjadi gadis kebanggaan kita Yan, aku janji akan terus berada disampingnya." | Cerpen Sedih Jejak Yang Hilang Dari Sang Ibu