Cinta..
Saat mendengar kata itu.. Yang terpikirkan olehku hanya satu nama. Yaitu, Faisal Hamzah. Pemuda manis yang pertama kali memikat hatiku 12tahun yang lalu.
Saat mendengar kata itu.. Yang terpikirkan olehku hanya satu nama. Yaitu, Faisal Hamzah. Pemuda manis yang pertama kali memikat hatiku 12tahun yang lalu.
Aku bertemu dengannya untuk pertama kalinya di Masjid dekat rumahku saat bulan Ramadhan.
Waktu itu, aku tengah berwudhu. Dan, terdengarlah suara adzan yang mengalun dengan merdu hingga menggetarkan relung hatiku. | Cerpen Romantis Dua Belas Tahun Lalu Pemuda Pemikat Hatiku
Aku sampai menghentikan wudhuku untuk sejenak menikmati suara syahdu itu. Kemudian, muncul lah rasa penasaran dalam hatiku ingin mengetahui siapa pemilik suara itu.
Aku pun melangkah, dan mengintip dari balik jendela.
''Manis.''
Kata itu lah yang pertama kali terlontar dari bibirku untuk memujinya.
Tapi, sungguh. Dia memang sangat manis.
''Manis.''
Kata itu lah yang pertama kali terlontar dari bibirku untuk memujinya.
Tapi, sungguh. Dia memang sangat manis.
''Rosh, sedang apa disini? Sudah ambil wudhu belum?'' tanya Bilqis Adzkia, sahabatku. Yang sontak membuatku terkejut.
''Belum.''
''Astaghfirullah, Rosh. Adzan sudah hampir selesai. Cepat wudhu sana!''
''Ya baiklah..''
Aku seperti orang bodoh kala itu, terhipnotis suara merdunya sampai aku melupakan wudhuku yang belum selesai.
Aku seperti orang bodoh kala itu, terhipnotis suara merdunya sampai aku melupakan wudhuku yang belum selesai.
Sejak itu, ditiap malam tarawih aku diam-diam selalu melihatnya. Tanpa pernah dia sadari.
Sampai usai liburan, dia datang ke Sekolahku sebagai murid baru. Dan, aku sangat senang karena dia sekelas denganku. Disitulah, aku mengenal namanya. Faisal Hamzah.
Aku selalu menulis namanya ditiap lembar kertas, walau pada akhirnya kertas itu kubuang. Tapi, namanya yang kutulis dalam hati tak 'kan pernah kubuang. Akan selalu kusimpan dalam sanubari. Karena, ia adalah cinta pertamaku.
Tiga tahun aku sekelas dengannya dan menjadi temannya walau tidak dekat. Sebab dia begitu pendiam dan lebih suka menyendiri. Tapi, hari itu ia datang padaku dan duduk disebelahku. Namun, tetap tidak memandang wajahku.
''Rosh, apa ini milikmu?'' tanyanya sambil menyodorkan sebuah buku diary berwarna pink yang mampu membuatku terkejut.
Bagaimana tidak terkejut, diary itu memang milikku, didalamnya kutuliskan semua rasa hati yang kupendam untuknya selama tiga tahun.
''I.. I.. Ini.. Ini ka.. Ka.. Kau..''
Sungguh aku tidak bisa berkata apapun.
Sungguh aku tidak bisa berkata apapun.
''Aku menemukannya didekat loker, mungkin terjatuh. Untung aku yang menemukannya.''
Kutundukkan wajahku sambil mengambil diary itu dari tangannya. Sungguh, aku malu rasanya.
''Mmh.. Boleh tanya gak, Rosh? Cowok yang ada dimaksud didalam diary itu,, aku ya?''
Degg..
Jantungku seakan berhenti berdetak mendengar pertanyaan darinya.
Angin yang berhembus lembut membuat suasana semakin menegang kala itu.
Angin yang berhembus lembut membuat suasana semakin menegang kala itu.
''Mm,,, maaf, aku harus pergi.''
Aku bangkit dan berlari meninggalkannya yang masih duduk termenung seorang diri.
Aku bangkit dan berlari meninggalkannya yang masih duduk termenung seorang diri.
..
Didalam toilet, aku menangis sambil memeluk diary. Aku menggerutuki diriku sendiri, betapa cerobohnya aku ini. Sampai hal memalukan seperti ini terjadi.
Bagaimana aku bisa menghadapinya nanti?
Bahkan, untuk menatap wajahnya saja aku tidak berani. Sungguh! Betapa bodohnya diriku.
Bagaimana aku bisa menghadapinya nanti?
Bahkan, untuk menatap wajahnya saja aku tidak berani. Sungguh! Betapa bodohnya diriku.
Setelah kejadian itu, baik aku dirinya sama-sama mulai menjaga jarak. Alasanku, sudah tentu karena malu. Tapi, alasan dia. Aku tidak tau kenapa. Mungkin canggung.
Sampai hari kelulusan tiba, ia datang menghampiriku dan memberikanku bunga edelweis.
''Edelweis?''
''Iya, Rosh. For you!''
''Untuk apa?''
''Untuk kau simpan, agar kau selalu ingat padaku.''
Aku tersentak dan menatapnya lekat wajahnya sesaat, sebelum kutundukkan lagi pandanganku.
''Meski pun kering, edelweis akan tetap harum. Dan, keharumannya akan selalu mengingatkanmu padaku.''
Aku semakin tertunduk, hingga tak terasa bulir hangat itu menetes begitu saja. Ah, betapa melankolisnya aku.
''Terimakasih,,''
Dia tersenyum padaku sebelum ia pergi.
Dan, aku hanya menatap punggungnya saat ia benar-benar telah pergi. Ingin rasanya kuberlari mengejarnya. Tapi, untuk apa? Dari sikapnya yang acuh saja sudah membuktikan bahwa dia tidak memiliki rasa apapun terhadapku. Percuma! Cintaku pertama dalam diamku selama tiga tahun, berakhir sudah.
''Ya ampun, Roshniii...!'' teriak Bilqis yang sontak membuyarkan lamunanku tentang 12tahun lalu.
''Bukannya bantuin, malah ngelamun disini. Kesambet jin nanti baru tau rasa.'' lanjutnya lagi.
''Bukannya bantuin, malah ngelamun disini. Kesambet jin nanti baru tau rasa.'' lanjutnya lagi.
Sudah 12tahun berlalu. Tapi, Bilqis tetap saja bawel. Terlebih hari ini aku harus membantunya untuk menyambut kedatangan Guru baru yang akan mengajar di Madrasah dimana aku dan Bilqis pun menjadi Guru disana.
''Guru barunya perempuan atau lelaki?''
''Lelaki, katanya tampan loh, Rosh.''
Aku memutar bola mataku, Bilqiz memang seperti itu. Selalu semangat kerap kali mendengar kata lelaki, apalagi jika ditambah kata 'tampan'. Sedangkan aku, sampai saat ini saja hanya wajah itu yang terbayang.
''Ayo cepat, Rosh!''
''Iya, Bilqis. Sebentar lagi juga selesai. Lagian kenapa harus ada penyambutan kayak begini segala sih?''
''Dengar ya, Rosh. Dia itu bukan hanya sekedar Guru baru disini. Tapi, dia juga adalah putra dari pemik MDA ini.''
''Oh,, pantas saja jika disambut semeriah ini.''
Tidak lama kemudian, sebuah sedan mewah masuk kedalam gerbang MDA Darul Akhyar. Lalu sang supir turun dan membukakan pintu untuk majikannya.
'Tuk..'
Aku termenung, seakan ada sesuatu ketika aku mendengar suara sepatu itu.
''Mari, Pak. Saya perkenalkan dengan para Guru dan Staf disini.'' ujar Pak Ahmad, selaku ketua MDA.
Aku masih tertunduk menahan rasa yang entah datangnya darimana, yang tiba-tiba saja membuat jantungku berdetak tidak normal.
''Ada apa ini? Tidak biasanya aku begini. Rasa ini,,, rasa ini hanya ada jika aku dekat dengannya.''
''Ada apa ini? Tidak biasanya aku begini. Rasa ini,,, rasa ini hanya ada jika aku dekat dengannya.''
''Dan, yang ini Roshni Amelia Putri!'' ujar Pak Ahmad yang tanpa aku sadari sudah berada dihadapanku bersama Guru baru itu.
''Assalamualaikum,,,'' sapanya.
Aku bergetar mendengar suaranya.
Suara yang sudah tidak lama kudengar. Namun, masih terkenang selalu ditelinga.
Benarkah itu suaranya?
Aku pun memberanikan diri untuk mengangkat wajahku. Mencoba untuk melihat wajahnya.
Dan dia pun tersenyum padaku.
Senyum itu, senyum Faisal Hamzah.
Suara yang sudah tidak lama kudengar. Namun, masih terkenang selalu ditelinga.
Benarkah itu suaranya?
Aku pun memberanikan diri untuk mengangkat wajahku. Mencoba untuk melihat wajahnya.
Dan dia pun tersenyum padaku.
Senyum itu, senyum Faisal Hamzah.
''Bagaimana kabarmu, Rosh?''
''Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja!''
Dia tersenyum memandangku dari ujung kepala sampai ujung kaki.
''Terakhir kita bertemu rambutmu panjang terurai. Sejak kapan kau memakai jilbab?''
''Terakhir kita bertemu rambutmu panjang terurai. Sejak kapan kau memakai jilbab?''
''Sejak 12tahun lalu, sejak kita berpisah.''
Faisal hanya tersenyum.
Senyum yang selama ini kurindukan dalam diam dan sepinya diriku.
Senyum yang selama ini kurindukan dalam diam dan sepinya diriku.
''Sepertinya kau banyak berubah setelah aku pergi.''
''Mmh,, tidak juga. Aku masih Roshni yang dulu, tidak berubah.''
''Itu berarti hatimu juga tidak berubah, masih sama seperti dulu.''
Aku membulatkan mataku menatap tajam wajah Faisal. Dan, saat ia membalas tatapanku. Aku pun kembali menundukkan wajahku. Tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena memang rasa itu masih ada sampai sekarang.
''Maaf, aku harus mengajar!''
Kutinggalkan Faisal dengan alasan mengajar. Padahal, jadwal mengajarku kosong dijam pertama.
Kutinggalkan Faisal dengan alasan mengajar. Padahal, jadwal mengajarku kosong dijam pertama.
Maafkan aku, Faisal.
Aku tidak bermaksud untuk membohongimu. Aku hanya tidak ingin kau menggali lagi kenangan yang sudah lama berlalu. | Cerpen Romantis Dua Belas Tahun Lalu Pemuda Pemikat Hatiku
Meski aku belum bisa melupakannya.
Maafkan aku!
Aku tidak bermaksud untuk membohongimu. Aku hanya tidak ingin kau menggali lagi kenangan yang sudah lama berlalu. | Cerpen Romantis Dua Belas Tahun Lalu Pemuda Pemikat Hatiku
Meski aku belum bisa melupakannya.
Maafkan aku!
Sebulan berlalu, aku dan Faisal biasa saja. Kami bersikap seolah tidak pernah terjadi sesuatu diantara kami.
Namun, pada suatu hari, aku tidak sengaja menjatuhkan buku agendaku dihadapan Faisal. Dan, malangnya buku itu terjatuh dengan posisi terbuka, sehingga bunga edelweis yang kuselipkan disana nampak jelas terlihat.
''Kau masih menyimpannya?''
Aku hanya diam membisu, dan bahkan aku tetap diam ketika Faisal meraih buku agendaku.
''Kau menulis namaku lagi.''
Aku merebut buku agendaku dari tangannya dengan kasar. ''Aku bebas menulis nama siapa pun yang kumau!''
Faisal melangkah maju mendekatiku dan menatap lekat wajahku. ''Katakan, Rosh. Katakan padaku, apakah pria yang ada dibuku diarymu 12tahun lalu itu adalah aku?''
''Untuk apa kau mempertanyakan itu lagi jika kau sendiri sudah tau jawabannya.''
''Karena, aku ingin mendengar jawabannya dari bibirmu langsung.''
Aku masih terdiam, dan Faisal terus saja menatapku.
''Katakan, Rosh. Katakanlah sekali saja!''
''Yah.. Pria itu adalah kau! Aku mencintaimu, dan kau adalah cinta pertamaku. Itu 'kan yang ingin kau dengar dariku? Iya 'kan? Kau puas sekarang?''
Aku berlari sambil menanangis meninggalkan Faisal. Betapa malunya aku. Bahkan, ini lebih memalukan dari kejadian 12tahun lalu.
Karena, saking malunya. Aku sampai tidak berangkat mengajar selama 2hari. Entah kapan, aku belum siap jika harus bertatapan muka dengan Faisal
''Rosh,, ada Bilqis tuh diluar.''
''Iya, Bu.''
Aku pun beranjak dari tempat tidurku dan melangkah menemui Bilqiz di teras.
''Ada apa, Qis''?
''Roshni,, Faisal, Rosh!''
''Ada apa dengannya?''
''Dia,, dia,, dia,, kecelakaan.''
Aku berlari menyusuri lorong Rumah Sakit disertai airmata yang tak kunjung berhenti sejak tadi.
Oh,, ya Tuhan.. Tolong jangan biarkan sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aku sangat mencintainya.
Oh,, ya Tuhan.. Tolong jangan biarkan sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aku sangat mencintainya.
''Faisal...''
Aku terkejut mendapati ruang rawatnya sangat ramai dikunjungi para kerabat dan keluarganya. Sedangkan, ia sendiri nampak baik-baik saja.
Aku terkejut mendapati ruang rawatnya sangat ramai dikunjungi para kerabat dan keluarganya. Sedangkan, ia sendiri nampak baik-baik saja.
''Apa ini? Apa kau menipuku? '' tanyaku pada Bilqiz. ''kau bilang Faisal kecelakaan, tapi...''
Aku tidak melanjutkan kalimatku, dan memilih untuk pergi. Namun, sebelum aku melangkah keluar, Faisal sudah lebih dulu memanggilku.
Aku tidak melanjutkan kalimatku, dan memilih untuk pergi. Namun, sebelum aku melangkah keluar, Faisal sudah lebih dulu memanggilku.
Dia melepas selang infus dari pergelangan tangannya dan melangkah mendekatiku sambil membawa sebuket bunga edelweis.
''Aku memang mengalami kecelakaan, Rosh. Tapi, tidak terlalu parah. Tuhan masih menjagaku, seperti dia menjagamu untukku.''
''Apa maksudmu?''
''Aku mencintaimu, Roshni. Sangat mencintaimu!''
''Bohong! Jika kau mencintaiku mengapa kau tinggalkan aku 12tahun lalu?''
''Karena, cinta itu suci. Dan, aku tidak ingin menodai kesuciannya itu di usia yang masih sangat muda. Karena di usia segitu sulit membedakan antara cinta atau napsu. Tapi, setelah aku dapat membedakan keduanya. Aku kembali untuk menjemput cintaku. Aku bersyukur pada Tuhan, karena ternyata cintaku masih setia menungguku.''
Aku tak kuasa lagi membendung airmataku, rasa haru dan juga takjub pada Faisal yang ternyata juga mencintaiku.
''Roshni, maukah kau menikah denganku? Menjadi sandaran hidupku dan pelabuhan cintaku? Maukah kau menjadi ibu dari anak-anakku kelak? Membimbing mereka agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah?''
Aku masih diam, bukan karena aku tidak ingin menjawabnya. Tapi, karena aku kehabisan kata-kata untuk menggambarkan betapa bahagianya aku.
''Jika kau menerimaku, ambil lah edelweis ini. Tapi, jika tidak. Buanglah!''
Aku mencoba menenangkan diriku dan tersenyum menerima edelweis itu.
''Alhamdulillah,,,,'' ucap syukur semua yang ada di ruangan itu.
Cinta itu anugrah Tuhan
Jadi serahkan saja urusan cintamu pada Tuhan Sang Maha Cinta,,
Jangan paksakan cinta
Karena cinta itu bak pasir
Yang semakin kau genggam erat semakin berkurang jumlahnya
Percayalah!
Tuhan akan membuat indah pada akhirnya
Cinta yang seindah bunga edelwise | Cerpen Romantis Dua Belas Tahun Lalu Pemuda Pemikat Hatiku
Jadi serahkan saja urusan cintamu pada Tuhan Sang Maha Cinta,,
Jangan paksakan cinta
Karena cinta itu bak pasir
Yang semakin kau genggam erat semakin berkurang jumlahnya
Percayalah!
Tuhan akan membuat indah pada akhirnya
Cinta yang seindah bunga edelwise | Cerpen Romantis Dua Belas Tahun Lalu Pemuda Pemikat Hatiku