Usia kehamilanku makin tua. Sudah tak kuat lagi rasanya berjalan-jalan hingga jauh. Dan terpaksa harus menghentikan kegiatan les. | Cerpen Ibu Wanita Mana Yang Ingin Bergelar Janda Part 3
Diam-diam kakak menghubungi suamiku dan menasehatinya. Indra datang menemuiku dan berkata bahwa tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
“Maafin Papah, Mah. Papah salah. Papah minta maaf. Papah enggak akan mengulanginya lagi. Ayo, kita pulang ke Surabaya! Lagian, sebentar lagi adek Dino akan lahir. Papah enggak mau Mamah sendirian.”
Mengingat sebentar lagi melahirkan, aku pun percaya untuk sementara. Dengan harapan Indra benar-benar berubah sesuai perkataannya.
Di Surabaya, anak keduaku sulit dilahirkan. Akhirnya dokter menyarankan agar aku menjalani operasi cesar. Indra kebingungan biaya. Kuberikan kartu ATM agar mengambil uang simpananku. Tanpa sepengetahuanku, Indra mengambil semua uang yang tersimpan. Hingga aku sedih lagi saat sekian lama baru mengetahui. Tapi tak masalah bagiku asal Indra berubah sikap dan perlakuannya.
Selang dua tahun, Indra kembali pada sifat yang sama. Kasar dan ringan tangan. Kali ini jauh lebih mengerikan. Kupergoki dia sedang chating lagi dengan perempuan yang kucatat namanya.
“Papah masih hubungan sama perempuan-perempuan itu?” tanyaku berani. “Kasihan, Pah. Mereka selalu dibohongi sama Papah,” tanyaku berani.
Indra kaget dan langsung berbalik badan. Lalu meraih rambut panjangku.
“Mamah apa-apaan sih, Mah? Ha? Apa-apaan, sih? Ha? Kamu berani sama Papah, ha?!” katanya sambil menjambak rambutku dengan gigi gemeretak menyeringai.
Aku melawan. Kutampar wajahnya.
“Papah itu jahat! Pembohong! Papah itu suka memeras perempuan-perempuan TKW di luar negeri. Mamah punya banyak buktinya. Semua wanita itu kenal sama Mamah di FB. Mereka semua bilang kalau Papah suka minta uang ke mereka dan bilang kalau Mamah tukang selingkuh dan enggak mau ngurus anak. Papah udah memfitnah Mamah!”
Indra makin marah. Menampar wajahku. Kubalas tamparannya.
“Dikira Mamah enggak tahu. Hah! Papah suka bawa Dino ke mana-mana untuk mengelabuhi perempuan dan menarik simpati mereka. Memfitnah Mamah katanya Mamah enggak mau mengurus anak. Iya, kan?”
“Bangsat!” teriak Indra seraya mendorongku hingga jatuh di lantai. Kakinya bergerak cepat ke arah pinggangku. Aku menjerit kesakitan. Tulang rusukku patah ditendangnya.
Berbulan-bulan aku sakit. Sangat sulit bergerak. Bahkan untuk menyusui Erik, anak lelaki keduaku pun sangat tersiksa. Kali ini aku benar-benar tak tahan dan ingin bercerai. Tapi bagaimana dengan anak-anakku?
Di tengah menahan rasa sakit, aku pun kembali diusir suami. Kembali lagi ke Jakarta, tempat kakak meninggalkan kedua buah hatiku tercinta. Kakak membawaku ke rumah sakit. Setelah lumayan bisa bergerak. Aku kembali membuka les privat. Kerinduan terhadap kedua anak begitu menyiksa. Tapi apalah daya, aku sakit. Tunggu ibu sembuh dan punya uang, Nak. Akan ibu jemput kalian. Pasti, Nak. Pasti!
Beberapa bulan kemudian, pemerintah Indonesia membuka tes CPNS, kucoba mengikuti. Aku lulus dan ditempatkan di Jakarta sebagai guru SMA. Dua tahun kemudian, aku pulang ke Surabaya mengajukan surat gugatan cerai terhadap Indra. Indra bersikukuh tak ingin berpisah. Dengan perjuangan yang tidak mudah akhirnya aku resmi bercerai dengan kedua anak jatuh ke tanganku.
Namun, anak sulung, demi urusan sekolah, kuizinkan masih tinggal bersama bapaknya. Bersama kakek dan nenek yang menyayanginya.
Biduk rumah tanggaku hancur berkeping-keping dihantam badai yang diciptakan nahkodanya sendiri. Aku terhempas ke tengah gelombang, tergelagap dan tenggelam. “Ha-ha-ha,” aku tertawa saat menandatangani surat perceraian. | Cerpen Ibu Wanita Mana Yang Ingin Bergelar Janda Part 3
Aku janda. Ha-ha-ha. Hatiku terus tertawa dalam kebencian status. Suatu gelar yang sama sekali tak ingin kusandang. Tapi apalah daya. Lebih baik aku jadi janda daripada sebagai istri namun fisik dan batinku terus tersiksa.
Kembali lagi ke Jakarta menikmati pekerjaan sebagai pengajar. Biar tak hidup mengontrak dan menumpang saudara, kugadaikan SK kepegawaian ke bank. Membeli rumah cukup luas untuk tempat bernaung. Meski gajiku terpangkas nyaris habis, namun masih bisa mencari penghasilan lain dengan berdagang nasi bungkus ke sekolah atau menitipkan kue-kue kecil ke warung-warung. Juga menerima les privat di rumah.
Hidup menjanda bersama Erik kecil yang lucu dan menggemaskan. Nyaris lupa bahwa aku seorang janda. Namun tak dapat dipungkiri, sebagai wanita normal yang dalam kesendirian, kerap kali dihinggapi hasrat yang hanya kupahami oleh diriku sendiri. Ada hal dari lubuk hati terdalam yang menuntut untuk dipenuhi bukan hanya dengan masturbasi.
Di tengah rasa galau melanda, ada seorang pemuda yang tertarik denganku. Dia menyatakan cintanya. Sebetulnya aku menertawakannya. Betapa tidak, usianya sangat jauh di bawahku. Bahkan, ketika kuceritakan semua masa lalu, bukannya mundur malah semakin maju dengan tekadnya.
“Aku seorang janda beranak dua, Jev. Rakyat jelata. Sudah tua, tidak cantik. Masa laluku juga sangat buruk. Sedangkan kamu masih muda. Kamu dapat memilih perempuan mana pun selain aku,” ujarku padanya.
Pemuda ini lucu sekali, mendengar perkataanku dia langsung berdiri dan membaca puisi hingga membuatku tertawa terbahak-bahak,
“Kau dengarlah wahai, Kartijem janda kekasihku!"
Meski aku hidup
Di negeri konyol pimpinan Jokowi-Kalla
Dan tak jelas rakyat mau dibawa ke mana
Tapi, presiden dan wakil presiden kita itu,
Membebashukumkan aku
Mengorupsi hatimu
Cinta, yang tak kenal bentuk dan rupa
Menjelma rayap dan terus menggerogoti jiwa
Ketangguhanku menahan kemerdekaan
Dalam sendiri kian rapuh
: kerna kangen yang s'lalu
Itu menjajah sanubariku
Aku tak mengerti
Mengapa kau dan s'lalu kau
Yang mewanita dalam kelelakianku
Hasrat jiwa senantiasa gelayut geliat di tiap renung
Melinglung relung
Tak usah dikata
Bila memang kau janda,
Sebab cinta tak kenal apa,
Kecuali keinginan yang meronta
Tak usah dikata kita siapa
Kerna cinta tak kenal kasta
Meski kau janda yang jelata
Namun di hatiku paling jelita,
"Kartijem, cinta sejati tak mengenal rupa dan usia wahai, Kartijem. Dan masa lalu hanya untuk dikenang, bukan untuk diulang. Aku menyayangimu bukan berdasarkan fisik dan statusmu. Namun aku ingin hidup bersamamu untuk mencari ridlo Allah. Mari kita bersama berusaha menggapai surgaNya!” katanya.
Jev, seorang pemuda kuli bangunan yang kukenal lewat dunia maya, nekad mendatangi dan mengajakku menikah. Entah mengapa, dia yang ketampanannya jauh di bawah Indra mantan suamiku dulu, berkulit kusam, rambut dan kumis acak-acakan langsung membuatku jatuh cinta. Sikap dan pengertiannya tak diragukan.
Pernikahan sederhana kami gelar. Kini, aku punya biduk rumah tangga yang baru. Didayung nahkoda kocak nan bijaksana. Penuh warna cinta, canda tawa dan blaem-blaem. Seperti puisi, penuh diksi-diksi indah nan menyentuh hati. Malam-malamku tak lagi dingin, hangat sehangat cintanya. Seorang lelaki yang meski kurang tampan namun tak ringan tangan. Berpenampilan hancur tapi jujur.
Cinta yang kudambakan dalam hidup selama ini kembali kugenggam. Gairah yang dulu hilang, kini kembali kudapatkan. | Cerpen Ibu Wanita Mana Yang Ingin Bergelar Janda Part 3
Aku bukan janda lagi. Dan yang pasti, ketampanan seorang suami itu bukan hal yang paling utama. Yang terpenting adalah tanggungjawab terhadap anak istri dan berakhlak mulia. I love you, Jev my honey.
- Tamat -
* Author : Jev Indra Delcandrevidezh