Hay...kenalkan namaku Reni, nama panggilan Rey.
Aku gadis kuliahan yang penurut dan manis, aku tak banyak bicara karena aku lebih suka bertindak. Dan ini kisahku... | Cerpen Kehidupan Rey Gadis Kuliahan Yang Penurut Dan Manis
Siang itu selepas beberapa hari dari pemakaman ibu, aku masih dalam suasana duka yang mendalam. Hatiku pun kian pedih mengingat sebab ibuku berpulang, serangan jantung setelah mengetahui ayahku memiliki istri simpanan bahkan telah memiliki seorang putra berusia 4 tahun. Hatiku pilu sekaligus ngilu mengingat sedemikian lama ayah tega membohongi ibuku yg selalu memberi berjuta cinta untuknya.
Ahhh...betapa ingin aku memeluk ibu, meluruhkan segala rasa sakit yang tak berdarah ini. "Ibu" lirih q sambil menghapus air mata.
Ahhh...betapa ingin aku memeluk ibu, meluruhkan segala rasa sakit yang tak berdarah ini. "Ibu" lirih q sambil menghapus air mata.
Sejak saat itu sungguh tak sekalipun aku ingin berbicara dengan ayah. Aku benci, marah, bahkan dendam perlahan merasuki hatiku. Aku tak peduli dengan kehidupan ayah yang bagiku kini seperti orang asing. Padahal dulu pernah ada kasih diantara aku dan ayah, ada ribuan cinta yang selalu bertabur setiap harinya. Semua itu sudah ku kubur bersama hari dimana ibu ku dimakamkan.
Kini aku menapaki hidupku sendiri, tak ada ibu, tak ada saudara, karena aku anak tunggal. Meskipun masih serumah dengan ayah (karena aku masih kuliah dan terlalu banyak kenangan indah dirumah ini) tapi tekad ku adalah untuk hidup mandiri layaknya orang yang sudah tak memiliki siapapun lagi didunia ini.
Suatu sore aku sedang duduk ditaman belakang rumah, mata ku tertuju pada ikan koi dikolam kecil yang tak begitu dalam, tapi hatiku terus saja merindukan ibu, wanita sederhana yang teramat berarti bagiku.sekejap lamunanku buyar mendengar suara bel berbunyi "ting...tung" dengan langkah malas aku beranjak, sesekali mendengus kesal. "Krekkk" ku buka pintu dan aku terkejut, diluar sana berdiri sosok wanita berpakaian tertutup dengan hijab besar serta lebar, menggandeng sosok kecil berwajah imut, berkulit putih dan berambut model jamur (mungkin anaknya), juga ayahku yang membawa tas jinjing besar bermotif bunga.
"Rey kenalkan ini ibu Fatimah istri ayah, dan ini Rehan adikmu. Dan mulai hari ini mereka akan tinggal bersama kita".
Duarrr...bagai disambar petir rasa x, belum saja 40 hari kematian ibu justru ayah berani membawa istri simpanan dan anak haramnya kerumah kami. Entah perasaan sperti apa ini, aku begitu muak dan jijik melihat mereka semua. Aku tak berkata apa-apa, aku hanya berlari kekamar sambil menangis. Aku mengunci kamar seharian tanpa mau tau apa yang terjadi diluar sana.
Duarrr...bagai disambar petir rasa x, belum saja 40 hari kematian ibu justru ayah berani membawa istri simpanan dan anak haramnya kerumah kami. Entah perasaan sperti apa ini, aku begitu muak dan jijik melihat mereka semua. Aku tak berkata apa-apa, aku hanya berlari kekamar sambil menangis. Aku mengunci kamar seharian tanpa mau tau apa yang terjadi diluar sana.
Sesekali bik Inah (asisten rumah tangga kami) mengetok pintu "non...makan dulu, ini bibi bawakan susu coklat hangat kesukaan non". "Nggak usah bik, Rey belum laper" kataku dengan suara parau akibat menangis. Tak lama ku dengar suara lain mencoba membujukku, " Rey ayolah...kalo kamu nggak makan nanti kamu bisa sakit" itu suara ayahku yang masih sama penuh kelembutan. Aku hanya diam dan terus menangis menahan sakit disini (nunjuk dada). Aku benci hidup dalam situasi seperti ini.
Malamnya aku keluar untuk hangout bersama teman-teman kuliah ku, sejenak ingin membuang jenuh dalam kesedihan. Baru ku buka pintu sudah ku lihat sosok kecil yang ku anggap berasal dari neraka. Aku menatap sengit, ketika dia membalas tatapanku aku membuang muka. Eh...tanpa rasa malu dia menghampiriku, seperti anak seusianya dia begitu polos hingga tak tau diri. "Halo kak...namaku Rehan, kakak mau main dengan ku?" Hah...aku mengernyitkan dahi. | Cerpen Kehidupan Rey Gadis Kuliahan Yang Penurut Dan Manis
"nggak" jawabku ketus dan berlalu tanpa melihat reaksinya.
- Bersambung -